SAMARINDA, SUARA INDONESIA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur, Seno Aji menyoroti anggaran yang diterima oleh Tim Koordinasi Desain Besar Olahraga Nasional (TK DBON) Provinsi Kaltim.
Pengelolaan anggaran itu menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan DBON. Seno Aji mengungkapkan bahwa TK DBON Kaltim saat ini sedang dalam pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Kaltim dan Inspektorat Wilayah Kaltim.
“Saat ini, perhatian utama adalah bagaimana dana yang mereka kelola digunakan dengan efisien,” ujarnya usai paripurna ke-38 di gedung DPRD Kaltim, pekan lalu.
Anggaran yang diterima TK DBON Kaltim meningkat secara signifikan, dari Rp 5 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp 31 miliar pada tahun 2023. Politisi Gerindra ini mempersoalkan penggunaan anggaran untuk DBON harus diluruskan.
"Nanti kita tertibkan. Anggaran daerah yang telah dihibahkan dalam penggunaan diperuntukkan untuk apa? Apa yang sudah dilaksanakan? Kita luruskan. Kalau KONI sudah dilakukan, nah DBON ini belum," tegas Seno.
Seno menjelaskan, bahwa TK DBON Kaltim memiliki tanggung jawab dalam mengelola 14 cabang olahraga, terutama dalam pengembangan atlet muda. "Setelah atlet muda tersebut menjadi senior, mereka akan diserahkan kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kaltim," katanya.
14 cabang olahraga tersebut, antara lain: bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, senam artistik, dan pencak silat. Ia berharap agar TK DBON dapat mencakup seluruh cabang olahraga tersebut, meskipun ada beberapa cabang yang belum menyentuh dalam alokasi anggaran.
"Harapannya dari 14 cabor ini yang akan di sentuh oleh mereka. Walaupun ada beberapa cabor yang belum tersentuh anggaran," ujar Seno.
Ia juga menekankan pentingnya mengusung tiga aspek utama dalam pengembangan olahraga, yaitu olahraga pendidikan, olahraga masyarakat, dan olahraga prestasi, secara seimbang. Hal ini diharapkan dapat membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sehat dan berkualitas.
"Bagaimana melahirkan juara. Bagaimana menemukan atlet melalui talent scouting yang tepat dalam mendapatkan bibit atlet yang berkualitas, perkembangan multilateral, tahap spesialisasi sampai nantinya memasuki prestasi puncak (Golden Age)," paparnya.
"Bagiamana pembinaan atlet muda potensial, agar prestasi yang dinginkan bisa terwujud," tandasnya. (Adv)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Satria Galih Saputra |
Komentar & Reaksi