Oleh: Dr. Tantri Bararoh
(Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Ketua DPC ISRI Kabupaten Malang, Anggota DPRD Kabupaten Malang)
Kemajuan teknologi secara global menggiring perkembangan pola kehidupan masyarakat menuju era modernisasi dan digitalisasi. Hal tersebut berdampak pada keberlanjutan sektor-sektor pokok dalam perekonomian nasional. Sektor pokok yang cukup terdampak dari pergeseran perkembangan zaman ini adalah sektor pertanian. Indonesia sebagai negara agraris jelas menempatkan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penunjang perekonomian dan kebutuhan pokok nasional. Oleh karena itu, penting kiranya bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menaruh perhatian lebih dalam rangka menjaga keberlangsungan sektor pertanian agar kebutuhan pokok nasional senantiasa terjaga.
Terancamnya keberlanjutan sektor pertanian dapat dilihat dari keengganan anak-anak muda untuk melanjutkan usaha-usaha dalam sektor pertanian. Banyak anak-anak muda yang kini lebih memilih untuk berkecimpung dalam dunia digital sebagai orientasi mata pencaharian utama mereka. Padahal, layaknya sektor perekonomian yang lain, sektor pertanian juga memerlukan regenerasi sumber daya manusia sebagai pengelola potensi pertanian yang dimiliki oleh Indonesia. Peran pemuda dalam pengembangan sektor pertanian pada dasarnya sangat dibutuhkan, agar pertanian nasional dapat berkembang secara kreatif dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Selain peran pemuda yang enggan untuk melanjutkan usaha-usaha pertanian, maraknya pengalihan fungsi lahan akibat gencarnya industrialisasi, perdagangan, dan pembangunan pemukiman juga menjadi salah satu faktor yang membuat sektor pertanian semakin terpinggirkan. Menurut data Kementerian Pertanian (epublikasi.setjen.pertanian.go.id), luas lahan pertanian berupa sawah di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 7,1 juta Ha, cukup banyak berkurang dari tahun 2017 yang mencapai 8,1 juta Ha. Sementara, luas lahan pertanian bukan sawah di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 27,7 juta Ha, berkurang cukup jauh dari tahun 2017 yang mencapai 29,1 juta Ha.
Pengalihan fungsi lahan yang marak terjadi membuat lahan yang dialihkan tersebut tidak dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sebagai lahan pertanian yang produktif. Tidak adanya lagi usaha pertanian pada lahan tersebut jelas menyebabkan terjadinya deagrarianisasi atau lahan produktif yang berubah fungsi menjadi lahan konsumtif. Dampaknya, keberlangsungan sektor pertanian menjadi terancam.
Lonjakan pertambahan penduduk juga menjadi faktor semakin berkurangnya lahan pertanian di Indonesia. Penduduk yang semakin bertambah berbanding lurus dengan penambahan jumlah pemukiman. Hal ini jelas semakin menggeser eksistensi lahan pertanian produktif, terutama di daerah perkotaan. Padahal, keberadaan lahan pertanian yang produktif sangat diperlukan agar kebutuhan pangan nasional senantiasa terjaga. Terancamnya eksistensi lahan pertanian produktif tentu dapat menghambat terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Oleh sebab itu, untuk menyiasati sempitnya lahan pertanian di daerah perkotaan, perlu adanya pengembangan metode-metode pertanian baru agar produktivitas pertanian dapat terus terjaga. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah urban farming atau pertanian perkotaan. Urban farming merupakan strategi pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan bahan makanan segar dari hasil tani sebagai upaya pemenuhan ketersediaan pangan perkotaan dan dapat meningkatkan akses ekonomi rumah tangga melalui pendapatan rumah tangga.
Salah satu metode urban farming yang dapat diaplikasikan di tengah keterbatasan lahan pertanian daerah perkotaan adalah metode vertikultur. Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat pada lahan yang tersedia. Sistem ini merupakan sistem penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan daerah yang mempunyai lahan terbatas. Struktur vertikal memudahkan masyarakat untuk membuat dan memeliharanya. Selain itu, pertanian vertikultur tidak hanya dapat berfungsi sebagai sumber pangan tetapi juga dapat menciptakan suasana alami yang menyenangkan di tengah hiruk pikuk perkotaan.
Selain strategi pemaksimalan lahan sempit, strategi selanjutnya yang dapat diterapkan agar produktivitas pertanian tidak semakin tergerus adalah dengan pemanfaatan benih-benih unggul pada lahan pertanian yang tersedia. Strategi ini dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian di tengah semakin berkurangnya lahan pertanian yang produktif. Benih-benih yang unggul serta ditambah dengan pemanfaatan teknologi yang sesuai tentu akan berdampak dengan meningkatnya produktivitas pertanian nasional.
Strategi selanjutnya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga keberlangsungan sektor pertanian adalah dengan menerapkan efisiensi manajemen pupuk. Pupuk menjadi satu faktor penting dalam budidaya pertanian sekaligus mengambil porsi biaya yang besar. Penggunaan pupuk tanpa mempertimbangkan keseimbangan unsur hara di dalam tanah dengan kebutuhan tanaman menyebabkan penggunaan pupuk menjadi tidak efisien. Padahal, jika keseimbangan dalam pemupukan dapat dijaga, tidak hanya dapat memberikan makanan bagi tanaman saja, tetapi juga memberi nutrisi pada tanah sehingga ujung-ujungnya dapat meningkatkan efisiensi dalam produksi.
Selain itu, upaya yang tidak kalah penting untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian adalah pengolahan hasil tani secara mandiri oleh petani pasca panen. Pengolahan mandiri atas hasil panen oleh petani menjadikan petani memiliki dan menghasilkan produk mereka sendiri. Kelompok tani yang ada dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan fungsinya agar para petani mampu bersaing dan bersama-sama meningkatkan produk-produk hasil panen yang dapat diunggulkan.
Keberlangsungan sektor pertanian di tengah kemajuan pembangunan dan teknologi jelas harus disikapi secara bijak dan serius oleh seluruh elemen bangsa Indonesia. Jika sektor pertanian tidak mampu terjaga eksistensi dan bahkan justru semakin menurun produktivitasnya, maka kemerosotan perekonomian dan ketahanan pangan yang tidak terjamin kestabilannya merupakan suatu konsekuensi logis yang harus diterima oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari negara Indonesia yang agraris ini, kita harus senantiasa bergotong royong dalam menjaga dan meningkatkan produktivitas pertanian nasional. Sehingga, Indonesia dapat menjadi negara yang berdaya serta kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata dapat terwujud.
Selamat Memperingati Hari Tani Nasional!
Tani Jaya, Negara Berdaya, Rakyat Sejahtera
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : |
Komentar & Reaksi