SUARA INDONESIA

BI Jatim, Meretas Ketahanan Pangan Lewat Hilirisasi Pertanian

Dona Pramudya - 20 November 2024 | 20:11 - Dibaca 231 kali
Ekbis BI Jatim, Meretas Ketahanan Pangan Lewat Hilirisasi Pertanian
Grafik hilirisasi pertanian. (Foto: Dona Pramudya/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, SURABAYA – Kegiatan Diseminasi Hasil Kajian Hilirisasi Pertanian Wilayah Jawa tahun 2024 berlangsung di The Westin Hotel Surabaya, Rabu (20/11/2024).

Acara yang mengusung tema “Strategi Hilirisasi Pertanian Guna Meningkatkan Nilai Tambah dan Memperkuat Ketahanan Pangan di Jawa” ini menegaskan pentingnya sinergi berbagai pihak dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif di Jawa.

Joko Irianto, Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Jawa Timur, dalam paparannya menyoroti kontribusi Jawa Timur yang dominan terhadap ekonomi nasional.

Pada triwulan ketiga 2024, ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 4,91 persen, menyumbang 14,52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan 25,5 persen terhadap PDRB Jawa Timur. Sektor pertanian, dengan kontribusi 11,94 persen terhadap PDRB provinsi, menjadi salah satu penggerak utama.

"Pertumbuhan ini mencerminkan inklusivitas, didukung oleh inflasi yang terkendali di angka 2,92 persen sepanjang 2023. Sebagai lumbung pangan Nusantara, Jawa Timur terus memimpin produksi pangan nasional, termasuk padi, jagung, cabai rawit, dan telur," ujar Joko.

Ia menambahkan, optimalisasi sektor pertanian di Jawa Timur kini diarahkan pada penguatan teknologi hulu-hilir, pengolahan berbasis korporasi dan koperasi, serta perluasan akses pembiayaan bagi pelaku usaha.

Sementara itu, Erwin Gunawan Hutapea, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, menegaskan relevansi hilirisasi pertanian di tengah tantangan ekonomi global.

"Ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia mengharuskan kita memperkuat sektor domestik. Sektor pertanian tidak hanya menjadi tumpuan ketahanan pangan, tetapi juga sumber nilai tambah ekonomi melalui hilirisasi," tuturnya.

Erwin juga menggarisbawahi pentingnya stabilitas inflasi di Jawa, yang hingga Oktober 2024 berada di angka 1,73 persen secara tahunan.

Menurutnya, sinergi antara TPID Jawa dan penerapan kebijakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berperan besar dalam menjaga stabilitas harga komoditas utama seperti beras dan hortikultura.

Namun, tantangan tetap ada. Penurunan kinerja industri pengolahan menjadi sorotan, meski subsektor makanan dan minuman menunjukkan prospek cerah.

"Hilirisasi pangan harus dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan memperkuat daya saing produk lokal di pasar global," tambah Erwin.

Kegiatan ini menutup dengan rekomendasi strategis, termasuk penguatan infrastruktur pascapanen, peningkatan ekspor produk olahan lokal, serta integrasi teknologi modern dalam proses produksi.

Langkah-langkah ini diharapkan mampu mengoptimalkan potensi sektor pertanian di Jawa dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Dona Pramudya
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV