SUARA INDONESIA

Strategi Banyuwangi Pulihkan Ekonomi di Sektor Pariwisata

Muhammad Nurul Yaqin - 28 December 2020 | 21:12 - Dibaca 1.67k kali
Ekbis Strategi Banyuwangi Pulihkan Ekonomi di Sektor Pariwisata
Pantai Pulau Merah, salah satu tempat wisata di Kabupaten Banyuwangi. (Foto: Dokumen Suaraindonesia).

BANYUWANGI- Pariwisata menjadi salah satu sektor yang terpukul akibat pandemi Covid-19. Oleh karenanya, pemulihan ekonomi di sektor pariwisata menjadi fokus utama Pemerintah Banyuwangi dengan mengedepankan skala prioritas.

Sejumlah strategi telah disiapkan Pemerintah Banyuwangi untuk menyongsong bangkitnya sektor pariwisata di tahun 2021.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, di tahun 2021 pihaknya optimis, dengan vaksinasi yang telah disiapkan pemerintah pusat bersama para ilmuwan bisa membantu pemulihan ekonomi dengan cepat.

”Kita yakin pemerintah pusat bersama para ilmuwan telah menyiapkan vaksinasi terbaik untuk warga, sehingga pemulihan ekonomi bisa berjalan cepat tahun depan. Di Banyuwangi, pariwisata menjadi salah satu instrumen pemulihan ekonomi bersama pertanian dan UMKM,” kata Anas, Senin (28/12/2020).

Dia menyampaikan, ada sejumlah strategi yang disiapkan Banyuwangi, yang dikenal dengan destinasi Kawah Ijen, untuk menyongsong pemulihan pariwisata. Pertama, terus meningkatkan kualitas layanan berbasis CHSE (cleanliness/kebersihan, health/kesehatan, safety/keamanan, dan environment/ramah lingkungan).

”Berwisata kini bukan hanya soal urusan bersenang-senang. Tapi di era pandemi dan nantinya seusai vaksinasi, berwisata tetap harus berorientasi kesehatan, wisata yang bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental. Banyuwangi punya banyak keunggulan terkait itu,” ucapnya.

Anas menyebut, saat ini pihaknya terus mematangkan persiapan Geopark Ijen masuk jaringan geopark dunia dan siap mengikuti penilaian UNESCO GGN (Global Geopark Network). Tahun ini, Geopark Ijen adalah satu-satunya geopark Indonesia yang diusulkan pemerintah pusat masuk jaringan geopark dunia.

”Kami berterima kasih atas dukungan Pemprov Jatim dan pemerintah pusat yang membawa Geopark Ijen menuju jaringan geopark dunia,” imbuh Anas.

Selain itu, Banyuwangi juga telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia, yang ditetapkan oleh UNESCO untuk Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang kemudian dinamai Cagar Alam Blambangan. 

Anas menambahkan, Banyuwangi juga telah mengisi Laporan Perubahan Iklim yang dinilai oleh lembaga independen dunia, Carbon Disclosure Project (CDP) yang berpusat di Inggris. 

Banyuwangi mendapat skor C, dinilai memiliki kesadaran perubahan iklim, memahami isu perubahan iklim dan dampak yang dihasilkan. Dengan skor tersebut, Banyuwangi berada dalam posisi yang sama dengan kota lain di Asia Tenggara dan global dalam hal mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

”Status menuju geopark dunia, cagar biosfer dunia, dan pengisian Laporan Perubahan Iklim memperkuat posisi Banyuwangi dalam peta destinasi di Tanah Air, sebab urusan CHSE pasca-vaksinasi bukan sekadar protokol kesehatan, tapi mampu memberi nilai lebih dengan bersihnya udara, pesona alam dan kekayaan budaya, dan itu semua terangkum dalam status sebagai geopark, cagar biosfer, dan kesadaran Laporan Perubahan Iklim,” terangnya.

Strategi kedua, lanjut Anas, adalah memacu outdoor tourism yang akan semakin memperkuat aspek CHSE. Outdoor tourism menjadi pilihan bagi pariwisata sehat.

”Banyuwangi punya potensi outdoor tourism yang luar biasa. Saat ini sudah ada beberapa pengelola destinasi yang menawarkan menginap di alam terbuka, berkonsep glamping. Sebagian lagi sedang menyiapkan diri, jadi akan semakin banyak bermunculan,” ujarnya.

Kata dia, Operator tur bisa bikin paket outdoor tourism yang menyehatkan, seperti menggabungkan terapi tradisional, aktivitas di taman nasional atau Kawah Ijen, dan konsumsi makanan sehat. Seperti bisa bikin aktivitas yoga, pilates, akupuntur di sekitar belantara hutan atau pantai.

Anas menggarisbawahi, pengembangan pariwisata ke depan tetap harus berorientasi pada masyarakat lokal. 

”Pelaku dan tenaga kerjanya harus lokal, juga harus berbasis atraksi seni budaya lokal. Artinya, outdoor tourism bisa dipadukan dengan seni-budaya lokal,” tandas Anas. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya