SUARA INDONESIA

Merasa Mampu, Dua Pelajar di Tuban Alihkan BST ke Tetangganya

M. Efendi - 31 July 2021 | 17:07 - Dibaca 1.87k kali
Ekbis Merasa Mampu, Dua Pelajar di Tuban Alihkan BST ke Tetangganya
Ahmad Taufiq didampingi Kades Socorejo, Z Arief Rachman Hakim saat memberikan pengalihan BST kepada Umi Kholifah. (Irqam/Suaraindonesia.co.id)

TUBAN - Data penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) di beberapa desa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur tidak tepat sasaran. Bahkan, ada 3 warga mampu secara ekonomi justru mendapatkan bantuan tersebut.

Seperti yang terjadi di Desa Socorejo, Kecamatan Jenu. Data pemerintah desa setempat berbeda dengan data dari Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI). 

Terdapat tiga nama anak dari orang berekonomi mampu dan tercatat masih berstatus pelajar menerima bantuan sosial dari pemerintah. 

Dua dari tiga warga itu memilih mengalihkan jatah BST nya. Mereka memberikannya kepada warga lain yang belum menerima bantuan yang kondisi ekonominya kurang mampu.

Dua anak dari warga Desa Socorejo tersebut bernama Ahmad Taufiq (16), mengalihkan BST Rp 600 ribu kepada tetangganya, Nikmatul Sa'adah (40) dan Sulistiono (16), mengalihkan BST ke Umi Kholifah (50). 

Ahmad Taufiq (16) mengaku, jika bantuan BST yang ia terima sangat tidak tepat sasaran. Sebab, selain karena dirinya merupakan anak dari keluarga berekonomi mampu, juga masih berstatus sebagai pelajaran. 

"Saya dapat bantuan dari dampak Covid-19. Tapi karena saya masih sekolah dan keluarga juga mampu untuk membiayai saya, jadi saya alihkan ke ibu Nikmatul yang lebih berhak," kata Ahmad Taufiq kepada suaraindonesia.co.id, Sabtu (31/7/2021).

Seorang penerima pengalihan BST, Umi Kholifah menyebut, sebelumnya ia juga pernah menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), akan tetapi selama enam bulan terakhir, Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) yang diberikan oleh pemerintah kepadanya tidak kunjung cair.

"Sehari-hari biasanya saya berkeliling kampung menjual jajanan anak-anak. Kalau dulu dapat BPNT, tapi sekarang sudah tidak cair lagi. Alhamdulillah pengalihan bantuan ini bisa saya buat belanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Data penerima bantuan yang amburadul ini menjadi persoalan bagi penyalur bantuan di bagian hilir. Dan ini menjadi pekeejaan rumah tersendiri bagi sejumlah Kepala Desa yang ada di Kabupaten Tuban.

"Dalam temuan kami, ada daftar penerima bantuan masih di bawah umur, bahkan belum punya KTP dan berstatus sekolah. Rata-rata mereka juga dari keluarga ekonomi mampu," jelas Kepala Desa Socorejo, Zubas Arief Rahman Hakim.

Arief menambahkan, sesuai mekanisme pihaknya tetap menyerahkan BST tersebut kepada tiga warga penerima, meski dari keluarga yang mampu. Dia juga menilai, data penerima tersebut bukan merupakan usulan dari desa.

Data usulan pertama penerima BST di Desa Socorejo sebanyak 184 orang. Namun, dari jumlah usulan desa, penerima bantuan justru membludak menjadi 298 orang. 

"Ada penambahan sebanyak 114 orang dari Kemensos yang tidak kita daftarkan. Kebanyakan data tersebut, memang tidak tepat sasaran, ada yang sudah kaya dan dibawah umur," imbuhnya.

Kemudian dari tiga orang ekonomi mampu itu, Arief memberikan saran dan atas kesadaran diri masing-masing untuk mengalihkan BST yang diterima kepada warga lain yang membutuhkan. 

"Dua orang penerima BST dibawah umur secara sadar dan ikhlas mengalihkan BST kepada mereka yang lebih berhak," pungkasnya. (irq/amj). 


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : M. Efendi
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya