SUARA INDONESIA

Digitalisasi Dongkrak Penjualan UMKM Madu Hutan di Jembrana

Muhammad Nurul Yaqin - 21 June 2023 | 18:06 - Dibaca 1.32k kali
Ekbis Digitalisasi Dongkrak Penjualan UMKM Madu Hutan di Jembrana
I Made Widiada menunjukkan produk madu hutan dalam kemasan yang lebih menarik setelah mendapat pendampingan dari BRI. (Foto: Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - Pengembangan bisnis madu dari kawasan Hutan Tegalcangkring, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, mulai dikenal di pasaran setelah bertransformasi ke digital. 

Madu lebah hutan tersebut berada di pedalaman hutan setempat. Terdapat 150 petani di Desa Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo yang aktif berburu madu hutan. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Werdhi Wana Rta.

Sekretaris Kelompok Tani, I Made Widiada mengatakan, aktivitas berburu madu hutan sebenarnya telah menjadi turun temurun sejak tahun 1980.

Selama 37 tahun lamanya, para petani hanya memasarkan lebah madu hutan di lingkungan setempat dengan harga yang cenderung lebih murah.

Mereka baru merasakan hasil jerih payahnya setelah berdirinya kelompok tani madu dan koperasi di Tegalcangkring, 6 tahun terakhir. Dalam pemasarannya, mereka sudah merambah ke penjualan online dengan memanfaatkan plafon media sosial.

"Jadi madu yang didapat petani di hutan itu ditampung di koperasi dan koperasi yang memasarkan baik secara digital dan offline," kata Widiada.

Lambat laun kelompok petani madu di Tegalcangkring ini dilirik oleh Bank BRI dan Dinas Kehutanan di Jembrana.

Selain membantu dalam permodalan, BRI aktif memberikan pendampingan dalam rangka mendongkrak produk UMKM yang berusaha dalam pemanfaatan madu hutan.

Widiada menyebut, BRI mendorong dalam mengupgrade kemasan produk yang awalnya masih dikemas dalam botol minuman bekas menjadi kemasan yang lebih menarik.

"Produk di kami ada yang ukuran 200 ml dan 500 ml. Botol kemasan tersebut BRI yang support termasuk stikernya. Alhasil orang tambah tertarik dengan produk kami," ucap dia.

Tak hanya itu, BRI sering kali membantu menyediakan pasar. Beberapa produk madu dari petani beberapa kali diikutkan sertakan dalam pameran dan bazar UMKM.

"Waktu G20, bazar serta pameran UMKM seperti Pesta Rakyat Simpedes, dan terakhir produk kami ikut dipamerkan di Jakarta. Dari situ produk madu hutan kami dikenal di luaran," kata Widiada.

Bahkan transaksi yang digunakan juga telah digital. BRI memberikan kepercayaan kepada kelompok ini untuk menjadi Agen BRILink.

"Sekarang tidak lagi repot ke bank, keberadaan BRILink ini memudahkan kami dalam transaksi baik penarikan dan setor tunai. Sangat efektif dan efisien. Karena bayar cicilan juga bisa dari sini," ujarnya.

Widiada mengaku transformasi digital yang saat ini telah digaungkan di tempat usahanya membawa perubahan cukup besar dalam mendongkrak para pelaku UMKM ini.

Meski pasar yang dijangkau belum sepenuhnya sampai di luar Provinsi Bali, setidaknya sudah meningkatkan jumlah penjualan.

"Kami juga bekerjasama dengan agen pemandu wisata. Produk kami dititipkan ke mereka untuk dibantu promosi ke para wisatawan lokal maupun mancanegara," tukasnya.

Ia menyebut, terdapat siklus musim panen lebah madu hutan. Biasanya panen madu berlangsung dari Januari - Agustus. Selama periode ini petani bisa mengumpulkan 150 liter madu hutan.

"Ukuran 200 ml itu kita jual Rp 50 ribu sedangkan 500 ml seharga Rp 150 ribu. Jika 150 liter tinggal mengalikan saja berapa pendapatan yang diperoleh," ujarnya.

Widiada mengaku dalam pengembangan bisnis madu hutan pihaknya masih kesulitan di produksi. Sebab, alat yang digunakan sepenuhnya secara manual.

"Seperti alat penyaring, kita masih manual, kita beli di pasaran," imbuhnya.

Selain produk madu hutan, Kelompok Tani Hutan Werdhi Wana Rta kini juga mengembangkan produk kopi asli pegunungan setempat. 

Produk tersebut diberi nama Balbar Kopi. Setiap ada kegiatan bazar umkm, Balbar Kopi turut dipamerkan bersama produk UMKM lainnya.

Widiada mengatakan, saat ini pihaknya tengah fokus mengurus sertifikat halal. Harapannya produk madu hutan yang dihasilkan bisa menembus pasar swalayan.

"Beberapa kali kita melakukan audiensi ke Pemkab Jembrana. Katanya akan dibantu melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan," sebut dia.

Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten mengatakan, BRI berkomitmen terus mendorong UMKM agar dapat meningkatkan kesejahteraanya.

Selain aktif memberikan bantuan permodalan ke nasabah, BRI terus berupaya mendigitalisasi UMKM dengan melakukan pendampingan, pelatihan, membuat program dan produk untuk akselerasi digitalisasi para pelaku usaha.

"Salah satunya melalui program Brilian Preneur untuk pendampingan dan pelatihan nasabah UMKM dari proses penggunaan produk digital hingga pelatihan manajemen usaha," ungkapnya.

BRI juga konsisten menyediakan pasar untuk UMKM binaannya. Seperti melalui Festival Pasar Senyum Rakyat, Bazaar Klaster Mantriku, Panen Hadiah Simpedes, Pesta Rakyat Simpedes dan masih banyak lagi.

"Beberapa UMKM binaan sering kami sertakan juga dalam pameran UMKM di Jakarta Convention Center (JCC), sehingga dapat memperluas pasar," bebernya.

Beberapa program terobosan BRI itu terus dilakukan guna meningkatkan kapabilitas UMKM untuk go modern, go digital, go online dan go global.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya