SUARA INDONESIA

Digitalisasi Bantu UMKM di Jembrana Atasi Masa Sulit saat Pandemi

Muhammad Nurul Yaqin - 22 June 2023 | 20:06 - Dibaca 1.62k kali
Ekbis Digitalisasi Bantu UMKM di Jembrana Atasi Masa Sulit saat Pandemi
Ni Wayan Muliarni (53) salah satu pengusaha Ikan Bedetan di Prancak, Jembrana, menunjukkan produk olahan dan QRIS BRI, Kamis (22/06/2023). (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - Pandemi Covid-19 yang menghantam Bali beberapa tahun terakhir, membuat banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) beralih ke online.

Digitalisasi UMKM membantu mereka mengatasi masa sulit terhadap gejolak ekonomi saat itu. Hal ini yang dirasakan Ni Wayan Muliarni (53), salah satu pengusaha Ikan Bedetan di Perancak, Jembrana.

Muli mengaku, pembatasan sosial yang diberlakukan saat pandemi membuat usahanya sempat mengalami kesulitan. Jumlah permintaan yang menurun berdampak pada kemerosotan pendapatan.

Sejak awal pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020, produk bedetan atau olahan ikan lemuru yang dikeringkan ini secara masif dipasarkan melalui platform digital.

"Promosi utamanya di media sosial kita lakukan secara terus menerus, dari situ pembeli cukup banyak. Mungkin karena aktivitas yang dibatasi sehingga keseringan belanja lewat HP," katanya, Kamis (22/06/2023).

Lambat laun, kata Muli, UMKM ikan bedetan di Perancak dilirik oleh Bupati Jembrana, I Nengah Tamba. Kabupaten di ujung barat Pulau Bali memang dikenal kaya akan hasil perikanan dan produk olahannya. Sehingga diberdayakan.

Berlanjut pada Juni 2021, Bupati Tamba melakukan pengukuhan Kelompok Wanita Tani (KWT) penjual dan pengolah ikan segar se-Desa Perancak. Tujuannya dalam pemanfaatan dan pengembangan potensi kelautan dan perikanan sehingga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat.

"Secara aktif bupati juga ikut mempromosikan. Dari situ bedetan Prancak dikenal banyak orang," kata Muli yang juga Ketua Kelompok Wanita Tani Pedetan Perancak.

Sejalan dengan itu, beberapa stakeholder juga turut memberikan perhatian. Utamanya dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga dari perguruan tinggi dalam hal ini Universitas Hindu Indonesia (UNHI).

Kawasan produksi lemuru kering itu kini dilengkapi mesin pengolahan dan bangunan Solar Dryer Dome yang berfungsi untuk mengeringkan ikan dengan suhu 70 derajat serta terdapat bangunan untuk packaging.

"Kita juga dibantu impulse sealer, pembungkus kemasan hingga press plastik. Ada banyak pihak yang mensupport seperti BCA, PLN, UNHI, termasuk BRI yang membantu menyediakan pasar," kata Muli.

Ia menyebut, setiap kali ada kegiatan BRI selalu mengikutsertakan pihaknya untuk menampilkan produk bedetan baik di bazar dan pameran UMKM.

Selain itu BRI juga mendorong UMKM ini untuk beralih menggunakan transaksi digital dalam hal ini Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

"Dengan digitalisasi ini sudah banyak membantu kami. Terutama dalam mempermudah bertransaksi serta penjualan. Karena ketika ikut pameran UMKM pembeli banyak yang bayar pakai nontunai, lebih praktis katanya," ungkapnya.

Muli membeberkan tingkat produksi yang dihasilkan tergantung jumlah ikan dari nelayan. Terkadang dalam tiga hari sekali, pihaknya bisa memproduksi sekitar 300 kilogram ikan lemuru kering. 

"Produknya bermacam-macam ada olahan kering, ada juga yang sudah digoreng. Kalau yang digoreng itu kita kemas dengan berat 55 gram dengan harga Rp 15 ribu," ujarnya.

Berkat bantuan dan kolaborasi banyak pihak, kini sentra penghasil pedetan di Perancak, Jembrana, kian naik kelas, bahkan menjangkau pasar yang sangat luas dan diminati oleh lidah orang luar negeri.

"Jangkauan pasar sudah merambah ke beberapa pusat oleh-oleh, pasar modern, Sentra Tenun Jembrana, Jakarta, Labuan Bajo, Lombok, bahkan ke Turki. Tapi yang jauh-jauh itu produk mentah," ungkapnya.

Seiring perkembangan usahanya yang terus meningkat, Muli mengaku, laba yang didapat juga semakin bertambah. Dari yang awalnya Rp 1 juta per bulan kini pendapatan bersihnya sudah mencapai Rp 5 juta.

"Itu semua berkat kerja keras kami dan dorongan seluruh pihak. Sehingga usaha kami terus terdongkrak dan naik kelas," cetusnya.

Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten mengatakan, BRI berkomitmen terus mendorong UMKM beralih ke digital untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.

Menurutnya, saat ini telah terjadi disrupsi transaksi yakni dari transaksi konvensional menjadi transaksi perbankan digital payment.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, BRI telah mengembangkan teknologi pembayaran digital yang mampu menjawab berbagai kebutuhan transaksi nasabah dan merchant yang menjadi partner BRI. Salah satu metode yang digunakan saat ini dengan memindai barcode QRIS.

Selain itu, BRI terus berupaya mendigitalisasi UMKM dengan melakukan pendampingan, pelatihan, membuat program dan produk untuk akselerasi digitalisasi para pelaku usaha.

"Salah satunya melalui program Brilian Preneur untuk pendampingan dan pelatihan nasabah UMKM dari proses penggunaan produk digital hingga pelatihan manajemen usaha," ungkapnya.

BRI juga konsisten menyediakan pasar untuk UMKM binaannya. Seperti melalui Festival Pasar Senyum Rakyat, Bazaar Klaster Mantriku, Panen Hadiah Simpedes, Pesta Rakyat Simpedes dan masih banyak lagi.

"Beberapa UMKM binaan sering kami sertakan juga dalam pameran UMKM di Jakarta Convention Center (JCC), sehingga dapat memperluas pasar," bebernya.

Ia berharap program UMKM go online dapat membuka peluang pasar baru bagi UMKM di Indonesia, baik di ranah regional maupun global.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya