PROBOLINGGO, SUARA INDONESIA - Inovasi bidang pertanian Pesantren Raudlatul Muta'allimien di Kelurahan/Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jawa Timur, membuahkan hasil.
Uji coba 3 varietas bawang merah, yakni jenis Super Pilips, jenis Batu Ijo Nganjuk dan Batu lokal Probolinggo telah selesai dipanen dengan kualitas dan kuantitas unggul.
Hasil dari ketiga varietas bawang merah tersebut cukup memuaskan, tanpa gangguan hama dan virus tanaman yang berbahaya.
Sekda Kota Probolinggo, Ninik Ira Wibawati yang juga hadir dan menerima secara simbolis hasil panen bawang merah pesantren tersebut, mengapresiasi upaya Pesantren Raudlatul Muta'allimien dalam mengembangkan sektor pertanian.
Keberhasilan pesantren tersebut, kata Ninik dapat menjadi replikasi untuk 33 pesantren di Kota Probolinggo. Sebab, jika sektor pertanian pesantren unggul, maka dapat membantu pemerintah dalam menekan angka inflasi dari kenaikan harga komoditi pertanian.
"Ponpes ini punya andil besar untuk Pemerintah Kota Probolinggo khususnya, harapannya dari pesantren-pesantren yang lain bisa mereplikasi dari varietas bawang merah ini," ungkapnya, Selasa (14/11/2023).
Asisten Direktur Departemen Ekonomi Keuangan Syari'ah Bank Indonesia (BI), Yason Taufik Akbar, mengatakan dari ketiga varietas bawang merah tersebut, jenis Batu Ijo Nganjuk yang memiliki tingkat kuantitas tinggi.
"Kalau disetarakan lahan satu hektare (ha) bisa mencapai 11 ton. Untuk menekan inflasi kan tidak dari segi produksi saja ya, nanti juga akan diamati apakah jenis ini diterima pasar atau tidak," ungkapnya.
Jika kebutuhan pasar menolak jenis bawang merah Batu Ijo Nganjuk, pihak Bank Indonesia bersama Universitas Brawijaya Malang akan melakukan penelitian kembali, apakah akan meninggikan kuantitas bawang merah Batu Probolinggo atau mengembangkan kualitas bawang merah Batu Ijo Nganjuk, sehingga setara dengan kualitas kebutuhan pasar.
Sementara itu, Ketua Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Wilayah Jawa Timur, KH. Faiz AHZ, mengatakan pesantren telah melakukan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), seperti varietas bawang dan cabai yang mudah terdampak inflasi.
"Pesantren melalui masyarakatnya, santri, alumni, simpatisan dan masyarakat sekitar pesantren kita harapkan sinerginya, kemudian bahu membahu menggalakkan ketahanan pangan ini," tandasnya.
Pengembangan sektor pertanian Pesantren Raudlatul Muta'allimien ini, merupakan program binaan Bank Indonesia dalam penguatan ekonomi dan menekan laju inflasi di Indonesia.
Program tersebut juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang, sebagai tenaga ahli bidang pertanian yang mendampingi pesantren tersebut dalam mengelola pertanian varietas bawang merah.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi