SUARA INDONESIA, BLORA - Limbah medis atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr R Soetijono Blora, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Di awal bulan tahun ini, tercatat ada 3.718 kg (3 ton lebih) limbah medis, Februari ada 3.919 kg, bulan Maret 4.832 kg limbah medis, April 4.868 kg, Mei 4.371 kg, Juni 4.447 kg, Juli 4.467 kg limbah, Agustus 4.839 kg, September 4.720 kg dan per tanggal 1 Oktober 2024 sebanyak 345 kg limbah medis.
Kepala Bidang (Kabid) Penunjang Pelayanan RSUD Blora, Rudy Supranoto melalui Samari, Kepala Instalasi Sanitasi/Kesehatan Lingkungan (Kesling), mengatakan, limbah-limbah medis ini, merupakan akumulasi dari sampah-sampah yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, pusat isolasi mandiri dan lainnya.
Sehingga, kata Samari, limbah farmasi ini memerlukan penanganan yang khusus, pembuangan tidak boleh dicampur dengan sampah lainnya.
"Senyawa kimia dapat bereaksi di lingkungan dengan senyawa lainnya. Jika reaksi ini terjadi dengan senyawa yang tidak tepat, bisa menimbulkan masalah baru," paparnya.
Tahun lalu, RSUD Blora mencatat Januari 2023 ada 3.620 kg, Februari 3.001 kg, Maret 3.666 kg, April ada 3.308 kg limbah medis, di Mei 2023 ada 3.664 kg, Juni 2696 kg, Juli 3145 kg, Agustus 2.630 kg sampah medis, September 3.990 kg dan Oktober 2023 sebanyak 3.240 kg limbah medis.
Samari menceritakan, dari ruang-ruang di RSUD Blora, limbah-limbah medis tersebut disalurkan/dropping menggunakan troli khusus.
Masuk ke ruang tempat penyimpanan (Cool Storage), sebelum di angkut oleh pihak ketiga, PT. Artama Sentosa Indonesia untuk dilakukan proses pembakaran di Semarang.
"Jadi dari ruangan, menggunakan troli khusus dibawa ke sini, ditimbang, dicatat terlebih dahulu lalu masuk ke ruang Cool Storage, berjalan setiap harinya," terang Samari, di lokasi.
"Sebelum visit dokter dan sesudah petugas gizi memberikan makan kepada pasien, limbah tersebut baru di dropping," ungkap dia, Kamis 4 Oktober 2024.
Dari hal itu, Samari menambahkan, pihak ketiga mengangkut sesuai jadwal yakni seminggu dua kali, setiap hari Selasa dan Sabtu.
"Bersama pihak ketiga, dua kali dalam seminggu, pengangkutan limbah medis di RSUD Blora. Keluar dari dalam kulkas penyimpanan, ditimbang, tercatat (manifest) dan dibawa ke Semarang untuk proses pembakaran," lanjut dia.
Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015, suhu di Cool Storage dibawah 0 derajat, limbah medis tersimpan selama 2 hari lalu dibakar oleh pihak ketiga di Semarang.
"Ini sebagai langkah antisipasi, kuman-kuman agar tidak menyebar. Limbah medis tersimpan didalam kulkas dengan suhu yang sangat dingin. Pasien meningkat, limbah medis dengan hal yang sama," paparnya.
Samari mengaku pernah datang di PT. Artama Sentosa Indonesia untuk dapat melihat secara langsung proses pembakaran limbah medis di Semarang, Jawa Tengah.
"Disana ada 3 Insinerator dan 1 Cool Storage yang sangat besar. Saya melihat langsung proses itu (pembakaran limbah medis)," tuturnya.
Sementara itu, sopir jasa pengangkutan limbah B3, Rezky mengatakan bahwa wilayah Kabupaten Blora sesuai jadwalnya, seminggu dua kali pengambilan.
Selain di RSUD Blora, kata dia, PT. Artama Sentosa Indonesia juga melakukan pengangkutan limbah B3 di RS PKU Muhammadiyah Blora, RSU Permata Blora dan Klinik Pratama JN Blora.
"Seminggu dua kali rutin, pengangkutan limbah medis untuk 4 rumah sakit berbeda di Kabupaten Blora," kata Rezky.
Dirinya juga mengatakan bahwa limbah-limbah medis ini akan dibakar di Semarang.
"Langsung dibakar, mas. Begitu sampai di pabrik dengan mesin yang sangat besar," ujarnya di Blora. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gunawan |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi