SUARA INDONESIA

Inspirasi dari Siswa SMPN di Pesisir Selatan Jember, Tetap Ceria meski Belajar di Bawah Hutan Cemara

Tamara F - 23 February 2024 | 09:02 - Dibaca 1.65k kali
Pendidikan Inspirasi dari Siswa SMPN di Pesisir Selatan Jember, Tetap Ceria meski Belajar di Bawah Hutan Cemara
Sejumlah siswa SMPN 3 Puger, ketika mengikuti pembelajaran di bawah hutan cemara Desa Mojomulyo, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, JEMBER – Sejak dua tahun terakhir, sebagian siswa SMPN 3 Puger belajar di luar ruangan. Keterbatasan ruang kelas membuat mereka berpindah-pindah tempat. Kadang di gazebo sekolah, lapak pedagang di pinggir pantai, hingga duduk melingkar di bawah hutan cemara.

Meski belajar dengan sarana terbatas, namun para siswa tetap ceria. Yuk, intip aktivitas siswa di pesisir selatan Jember ini saat menjalani aktivitas pembelajaran di bawah hutan cemara! Seperti apa semangat mereka?

Pagi itu, puluhan siswa tampak duduk melingkar tanpa alas. Masing-masing membuka buku dan menyimak penjelasan dari seorang guru. Ada juga yang mengerjakan soal matematika, sembari mengelus-elus kepala. Paparan mentari, terlihat menyinari sebagian tubuh pelajar berseragam batik kelir biru dengan kombinasi warna kuning itu.

“Sudah ya? Hasilnya jadi berapa? Bisa semua kan? Yuk lanjut ke nomor berikutnya,” seru Novem Khoirul Ambarwati, guru di SMPN 3 Puger yang kala itu sedang mengampu pelajaran matematika, Kamis 22 Februari 2024.

Meski belajar di tempat terbuka, di bawah hutan mangrove kawasan Pantai Cemara, namun para siswa tetap terlihat ceria. Mereka antusias menyimak setiap materi yang disampaikan oleh guru berjilbab itu. Bahkan, beberapa di antara mereka merespons dengan mengirim balik pertanyaan. Suasana pembelajaran pun terlihat sangat hidup.

“Kami tidak masalah belajar di manapun. Baik di dalam ruang kelas maupun di luar ruangan seperti sekarang ini. Selain di bawah hutan cemara, terkadang kami juga menempati lapak pedagang di pinggir pantai dan gazebo sekolah,” ungkap salah seorang siswa.

Secara geografis, letak SMPN 3 Puger berada di kawasan pesisir. Persis di sisi Jalur Lintas Selatan (JLS) Desa Mojomulyo, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Jarak sekolah dengan kota kabupaten mencapai 45 kilometer. Perlu waktu satu jam lebih jika siswa di lembaga ini ingin pergi ke alun-alun kabupaten.

Awalnya, siswa belajar hanya di dalam ruang kelas. Karena dulu, setiap angkatan hanya ada satu rombongan belajar (rombel) saja. Namun, sejak dua tahun terakhir, jumlah siswa di SMPN ini terus bertambah. Dua tahun berturut-turut ada dua rombel. Otomatis, ruang kelas yang hanya tiga lokal, tak cukup lagi menampung siswa. Mereka harus mencari alternatif, karena proses belajar tak boleh berhenti gegara fasilitas yang terbatas.

Kepala SMPN 3 Puger Mohamad Solikin mengungkapkan, setiap tahun ajaran, jumlah siswa yang menempuh pendidikan di lembaga ini terus bertambah. Dia menyebut, jika pada tahun ajaran 2021/2022 atau yang sekarang duduk di kelas IX, jumlahnya ada 28 siswa. Namun tahun ajaran berikutnya atau kelas VIII, bertambah menjadi 39 siswa, sehingga dibagi dua rombel. Tahun ajaran 2023/2024 ini juga kembali bertambah, tercatat sebanyak 48 siswa duduk di kelas VII.

“Jumlah total siswa dari kelas VII sampai kelas IX ada 115 siswa. Mereka terbagi menjadi lima rombel. Sedangkan jumlah ruang kelas yang tersedia baru tiga lokal, sehingga masih kurang dua lokal lagi,” ungkapnya.

Menyiasati keterbatasan ruang kelas, kata Solikin, pihak sekolah menyiasati dengan mengaktifkan pembelajaran luar ruangan. Para siswa pada setiap rombel, digilir untuk belajar di alam. Sempat ada kekhawatiran siswa tidak betah, tapi nyatanya ketakutan itu tidak terbukti. Siswa justru senang karena mereka bisa mengeksplorasi pelajaran di alam terbuka.

“Meski demikian, kami tetap menjalin komunikasi dengan pemangku kepentingan. Mulai dari pemerintah desa, pemerintah kecamatan, hingga dinas pendidikan dan pemerintah daerah. Ini agar pemenuhan sarana pembelajaran di SMPN 3 Puger bisa mendapat perhatian,” ucap kepala sekolah yang baru sepekan menjabat.

Mantan Kepala SDN Glundengan 02 Kecamatan Wuluhan ini menambahkan, selain keterbatasan ruang kelas, sekolah yang baru ia nakhodai ini juga membutuhkan sarana penunjang pendidikan yang lain. Seperti ruang perpustakaan, ruang keterampilan, ruang multimedia, serta laboratorium teknologi informasi. Sebab ia meyakini, semangat belajar siswa semakin giat lagi jika sarana dan prasarana tersebut dipenuhi.

“Sementara ini, fasilitas yang kami miliki ada tiga ruang kelas, satu ruang guru dan satu laboratorium IPA. Fasilitas inilah yang kami manfaatkan semaksimal mungkin untuk menunjang kegiatan belajar mengajar,” jelasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Tamara F
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya