SITUBONDO - Tradisi karapan sapi yang dilaksanakan di tanah lumpur areal persawahan Dusun Krajan, Desa Talempong, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo merupakan tradisi turun menurun yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat setempat, Senin (29/3/2021).
Tradisi karapan sapi tersebut juga diyakini masyarakat desa setempat bisa mendatangkan berkah untuk bercocok tanam. Sebaliknya, jika karapan sapi yang dilaksanakan di lumpur ini tidak dilaksanakan, maka hasil bercocok tanamannya akan mengalami kerugian. “Tradisi karapan sapi yang dilaksanakan setiap tanggal 13 hingga 14 Syahban ini, merupakan rangkaian dari selamatan desa,” jelas Kepala Desa Talempong Yon Haryono, S.I.P.
Ritual karapan sapi ini, sambung Yon Haryono, konon pada jaman mbah bujuk (Yang membabat Desa Talempong, red) pernah singgah di areal persawahan yang sekarang dijadikan tempat karapan sapi lumpur ini.
“Tujuan dari karapan sapi ini, untuk mengingat pengorbanan Mbah Bujuk yang membabat Desa Talempong dan agar hasil pertanian masyarakat disini bisa melimpah,” terang Yon, panggilan akrab Yon Haryono.
Menurut keterangan pini sepuh Desa Talempong, imbuh Yon, pada tanggal 13 hingga 14 bulan Syahban diyakini hari jadi Desa Talempong.
“Setiap tanggal 13-14 Syahban, Desa Talempong mengadakan ritual selamatan desa dan perlu diketahui tradisi karapan sapi di tanah lumpur ini merupakan rangkaian pemungkas dari selamatan desa,” tutur Yon.
Bukan hanya itu yang disampaikan Yon, namun dia menjelaskan bahwa karapan sapi di tanah lumpur itu dilaksanakan sebagai simbol kejayaan pertanian masyarakat Desa Talempong satu tahun kedepan.
“Karapan sapi ini harus menabrak simbol jagung dan padi agar pertanian di Desa Talempong diberi kelancaran. Oleh karena itu, tradisi karapan sapi di tanah lumpur ini, hingga sekarang masih dipertahankan oleh masyarakat,” beber Yon.
Menurut Yon, kekuatan mistis pada tradisi selamatan Desa Talempong masih sangat kuat. Jika ritual selamatan desa tidak dilaksanakan, maka akan mendatangkan berbagai peristiwa aneh dan tidak masuk akal.
“Kekuatan mistik di desa kami masih sangat tinggi. Makanya, masyarakat kami sangat meyakini ritual selamatan desa agar tidak muncul peristiwa aneh-aneh yang tidak masuk akan tersebut, namun realitanya ada,” pungkas Yon.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi