SUARA INDONESIA

Tragedi Ritual Maut Payangan, Gubernur Jatim Nilai Ada Patologi Sosial

Wildan Mukhlishah Sy - 14 February 2022 | 19:02 - Dibaca 1.49k kali
Peristiwa Daerah Tragedi Ritual Maut Payangan, Gubernur Jatim Nilai Ada Patologi Sosial
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, saat diwancara oleh media pada dalam acara Penyerahan Santunan Kematian Untuk Korban Tenggelam di Pantai Payangan, Senin (14/2/2022). Foto: Wildan/suaraindonesia.co.id

JEMBER- Kabupaten Jember dihebohkan dengan tragedi ritual berujung maut yang dilakukan oleh Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Minggu (13/2/2022).

Menaggapi peristiwa tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, berdasarkan informasi yang didapatkan dari sejumlah stakeholder, dirinya menilai patologi sosial menjadi salah satu penyebab dilaksanakannya ritual yang menelan belasan nyawa di Pantai Payangan.

Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhiya proses pencarian solusi atas permasalahan yang terjadi, sehingga individu atau kelompok memilih untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kebaikan, demi mecari jalan pintas penyelesaian masalah.

“Berdasarkan informasi dari sejumlah stake holder, ini ada patologi sosial. Sering kali tidak terpenuhi proses pencarian solusinya, sehinggs mereka berharap akan ada solusi efektif untuk permasalahannya,” ungkapnya, dalam acara Penyerahan Santunan Kematian Untuk Korban Tenggelam di Pantai Payangan, Senin (14/2/2022).

Untuk mengatasi fenomena tersebut, kata Khofifah pola-pola perencanaan yang lebih sistemis.

Untuk itu, pihaknya akan mengajak kalangan perguruan tinggi agar turut hadir berkolaborasi dan bersinergi guna menemukan solusi yang tepat dalam menghadapi patologi sosial.

“Untuk itu, kami ingin mengajak seluruh perguruan tinggi untuk turut membantu mencarikan solusi untuk mengatasi patologi sosial,” katanya.

Gubernur memaparkan, patologi sosial telah terjadi hampir di seluruh dunia, dengan berbagai macam latar belakang.

Selanjutnya, solusi yang dihadirkan harus sesuai dengan budaya dan kearifan lokal yang terbentuk di masyarakat.

“Saya rasa ini bisa diatasi, tentunya dengan memperhatikan kearifan dan buadaya lokal, serta potensi-potensi, yang dimiliki oleh setiap daerah,” paparnya.

Pada acara yang digelar di Pendopo Wahyawibawagraha tersebut, dirinya juga menambahkan, saat menemui berbagai permasalahan dalam kehidupan, ketenangan hati dapat diperoleh dengan cara berdzikir.

“Jika ingin mendapatkan ketenangan hati bisa melalui dzikir, untuk itu carilah tempat yang aman dan ikuti para ulama-ulama. Semoga kita selalu dilindungi dan diberikan keselamatan oleh Allah,” tandasnya.

 


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya