BONDOWOSO - Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso terus berupaya menjaga konservasi alam dengan menerapkan program sistem komplang andil di kawasan hutan Kecamatan Ijen.
Sistem komplang andi dinilai akan menciptakan sebuah keseimbangan alam konservasi hutan, meski lahan digarap untuk tanaman pertanian.
Administratur Perhutani Bondowoso melalui wakilnya Enny Handhayany, menerangkan, komplang andil berupa sistem pengolahan lahan dengan cara membagi jumlah dan luas lahan antara 51 : 49 persen.
"51 persen tanaman yang ada berupa tanaman kehutanan, dan 49 persennya berupa tanaman pertanian, seperti kentang dan kubis, dengan catatan harus dipilih di tempat yang datar," terang Enny pada media, Kamis (14/3/2023).
Enny menyampaikan, perhutani tidak memperbolehkan sistem komplang andil di hutan lindung, sebab wilayah itu harus murni dengan tanaman kehutanan.
Enny menyatakan, setiap petani yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Perhutani terkait dengan pengelolaan kawasan hutan harus memilih kawasan gunung sebanyak 51 persen tetap ditanami dengan tanaman kehutanan, sementara 49 persen untuk tanaman pertanian di kawasan hutan yang datar.
"Lahan yang di PKS kan secara resmi dengan petani ada sekitar kurang lebih 100 hektar," imbuhnya.
Kata Enny, lahan yang di PKS kan itu melibatkan kurang lebih 50 petani, setiap petani mengelola lahan 1,2 hektar.
“Kegiatan Perhutani membangun kemitraan dengan petani untuk mengelola kawasan hutan, bukan perkebunan. Sehingga ketika terdapat tanaman pokok seperti jati dan pinus masyarakat juga memiliki kewajiban untuk membantu Perhutani memelihara tanaman pokok tersebut," ujarnya.
Terkait banjir yang terjadi berkali kali di Kecamatan Ijen, Enny menilai akibat faktor intensitas dan curah hujan yang tinggi.
"Tahun ini intensitas hujan tinggi sesuai dengan prediksi BMKG, sehingga beberapa titik di kawasan perhutani Kecamatan Ijen mengalami longsor. Longsoran itu menutup aliran sungai dan berakibat banjir," imbuhnya.
Dia menegaskan, adanya kentang-kentang yang hanyut terbawa banjir bukan berasal dari lahan pertanian tempat komplang andil yang dikerjasamakan.
Menurutnya, kentang yang hanyut terbawa arus banjir berasal dari aktivitas ilegal oknum masyarakat yang membuka lahan dan menanam kentang tanpa ijin.
"Selama ini di kawasan Ijen juga ada oknum masyarakat yang seenaknya membuka hutan secara ilegal dengan menanam kentang," ujarnya.
Dia mengungkapkan, baru-baru ini pun perhutani mendapatkan laporan tentang adanya aktivitas penebangan pohon acacia deccuren yang dilakukan oleh oknum masyarakat membuka lahan sebanyak 796 pohon.
"Penabangan itu diduga kepentingan pembukaan lahan untuk kepentingan oknum penanaman kentang," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi