SAMPANG, Suaraindonesia.co.id - Aktivis yang perempuan yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Sampang (Formasa) berdemonstrasi di depan Gedung DPRD Kabupaten Sampang.
Mereka menuntut kasus kekerasan terhadap perempuan segara diselesaikan, karena banyak kasus "menguap" tanpa tindak lanjut.
Soerang demonstran perempuan, Zahratul Laila, mengatakan kasus kekerasan terhadap perempuan di Sampang menjadi PR besar bagi DPRD untuk segera dituntaskan.
"Kasus kekerasan terhadap perempuan sejak 2020 hingga 2023 meningkat pesat, kasus-kasus itu belum terselesaikan," ujar Laila, saat berdemonstrasi pada Senin (25/05/2023).
Ia menjalaskan, pada tahun 2020 terdapat 7 kasus persetubuhan dan 6 kasus pencabulan. Sedangkan di tahun 2022 terdapat 13 kasus persetubuhan dan 6 kasus pecabulan. Kemudian di awal tahun 2023 terdapat 1 kasus pencabulan.
"Saya sebagai perempuan putra daerah Sampang sangat miris melihat ini, bahkan kasus tersebut ada di lingkungan Dinas Sosial dan korbannya adalah ODGJ," tandasnya.
Kasus terparah yang masih belum terungkap, menurut Laila ialah kasus anak di bawah umur yang di rudapaksa oleh 13 orang. Hingga hari ini para pelaku masih belum ditangkap.
Aktivis perempuan itu mebeberkan bahwa pelaku yang sudah ditangkap diduga dibebaskan kembali.
Ia meminta anggota DPRD mengusut tuntas pelaku kekerasan terhadap perempuan di Sampang.
"Kami datang bukan untuk sebuah kepentingan pribadi, melainkam kami berdiri atas nama kemanusia. Atas nama perempuan," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Hoirur Rosikin |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi