SUARA INDONESIA

Begini Kondisi Nyata Desa Supiturang Pronojiwo Lumajang Pasca Erupsi Semeru

Lukman Hadi - 31 December 2021 | 21:12 - Dibaca 4.37k kali
Peristiwa Begini Kondisi Nyata Desa Supiturang Pronojiwo Lumajang Pasca Erupsi Semeru
Dipasang garis polisi di area aliran lahar panas Semeru. (Foto: Lukman/suaraindonesia.co.id)

SURABAYA - Status Gunung Semeru hingga kini masih siaga. Imbauan terus disiarkan pemerintah setempat agar semua tetap waspada akan hal-hal yang tak diinginkan, seperti erupsi susulan.

Dalam kurun waktu sebulan, gunung tertinggi di Pulau Jawa ini telah erupsi dua kali, tapi paling dahsyat letusan pada Sabtu (4/12/2021) sore lalu.

Hingga saat ini posko relawan di beberapa lokasi terdampak masih terlihat sibuk menyuplai bantuan permakanan ke warga yang menjadi korban Erupsi Semeru.

Meski bencana hampir sebulan, nyatanya kondisi di sekitar lokasi terdampak masih cukup begitu parah.

Jurnalis suaraindonesia.co.id pada kali ini berkesempatan mendatangi salah satu desa terdampak akibat "Amukan" Semeru. Tepatnya di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Butuh perjuangan luar biasa hingga bisa sampai ke Desa Supiturang. Perjalanan Surabaya menuju ke desa menyita waktu sekitar 5 jam. Rute jalan yang dilewati melintasi jalur mendaki dan turun, serta berliku dan berkabut. Belum lagi berpapasan dengan "ribuan" truk pengangkut pasir hasil tambang. Macet minta ampun.

Awal kedatangan ke Desa Supiturang bertujuan untuk menyalurkan bantuan. Namun, sangat senang karena oleh pejabat desa maupun relawan diizinkan melihat lokasi terdampak lahar panas.

Perjalanan dari kantor desa ke lokasi terdampak lahar panas hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dari pantauan sepanjang perjalanan menuju lokasi terlihat kondisi sekitar "hancur berantakan". Banyak pohon yang tumbang, daun kering berwarna cokelat, jalan tertutup oleh abu vulkanik, rumah warga ambruk, hingga terpampang bekas lahar Semeru masih mengeluarkan asap panas. Oleh karena itu, kini dipasang garis polisi sebagai tanda larangan mendekati atau memasuki area tersebut.

Melalui hasil pantauan dan wawancara dengan kepala desa, suaraindonesia.co.id telah menghimpun beberapa laporan kondisi terkini dan perkembangan di Desa Supiturang.

1. Status Semeru masih siaga

Kepala Desa (Kades) Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Nurul Yakin mengatakan, hingga saat ini status Semeru masih berada di level 3 atau siaga.

Bahkan, kata dia, kondisi desa belum stabil apalagi ditambah hujan deras yang terus mengguyur dan kabut yang menutupi Gunung Semeru hingga gak terlihat dari desanya.

Sempat pula Gunung Semeru kembali erupsi beberapa hari lalu. Namun, kata Yakin, erupsi susulan tersebut tidak terlalu membawa dampak yang signifikan.

"Kalau untuk yang kemarin terkait erupsi yang kedua itu gak terlalu membawa dampak. Tapi masyarakat diimbau untuk waspada. Siaga tiga," katanya, Jumat (31/12/2021).

2. Warga kembali ke pengungsian

Mengingat kondisi Semeru belum membaik, Kades Supiturang, Nurul Yakin mengimbau warganya yang sudah kembali ke rumah untuk balik lagi ke pengungsian.

"Ini masyarakat yang kembali ke rumah sekarang diimbau kembali ke pengungsian. Saya suruh kembali ke pengungsian," pungkasnya.

Ia menyebutkan, ada beberapa titik pengungsian yang disiapkan bagi warga terdampak. Jadi, warga tidak ditempatkan di pengungsian yang sama.

"Soalnya pengungsian tidak satu titik. Ada banyak titik, yang di SD, SMP, ada yang di rumah saudaranya. Dari lokasi ke pengungsian kurang lebih 8 kilometer," ujarnya.

3. Paling dibutuhkan bantuan sembako

Nurul Yakin mengatakan, bantuan yang diperlukan warga saat ini berupa sembako atau permakanan.

Nantinya bantuan sembako tersebut akan didroping ke dapur umum bentukan desa dan di sana baru dimasak kemudian disaluran ke warga terdampak.

"Setiap harinya dapur relawan yang dibentuk desa kurang lebih menyediakan 650 bungkus permakanan. Itu kan setiap harinya butuh sembako banyak," terangnya.

Karena, kata dia, percuma juga warga terdampak diberi bantuan dalam bentuk sembako (belum matang), jika tidak ada tempat untuk memasak.

"Kebanyakan masyarakat masih belum punya tempat tinggal. Dikasih sembako ya percuma mau masak di mana. Kalau didroping ke dapur umum ya biar ibu-ibu nanti yang masak," jelasnya.

4. Bantuan terus berdatangan

Banyak orang tergugah hatinya kepada korban bencana Erupsi Semeru. Hal itu dibuktikan banyak gerakan atau aksi kemanusiaan dari berbagai kalangan.

Berbagai kalangan masyarakat turut melakukan penggalangan dana demi membantu meringankan beban korban Erupsi Semeru. Begitu pula di Desa Supiturang, bantuan terus mengalir dari berbagai pihak.

"Alhamdulillah mas, banyak yang terjun langsung ke terdampak, ya ada yang masih minta dikawal oleh pemerintah desa," ujar Nurul Yakin.

5. Lebih baik bantuan disalurkan ke pemerintah desa

Kades Supiturang, Nurul Yakin mengimbau kepada semua pihak yang hendak menyalurkan bantuan ke lokasi terdampak alangkah baiknya langsung ke posko atau berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat.

"Barangkali ada donasi yang mau disalurkan monggoh koordinasi ke pemerintah desa atau pemerintah kecamatan biar tepat sasaran," katanya.

Ia tidak ingin melihat bantuan yang disalurkan oleh pihak donatur justru bukan ke warga yang terdampak.

"Soalnya yang kemarin-kemarin banyak (warga) yang dari luar juga dapat," imbuhnya.

Ia berkeinginan bahwa bantuan tersebut dapat disalurkan secara tepat dan benar. Sehingga tidak salah sasaran.

"Supaya masyarakat itu bisa mendapatkan yang benar-benar haknya gitu. Soalnya banyak yang tidak terdampak ikut-ikutan," tegasnya.

6. Ada 2 dusun terdampak paling parah di Desa Supiturang

Beberapa desa menjadi korban "amukan" Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) lalu.

Salah satu desa yang paling terdampak yakni Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Kades Supiturang, Nurul Yakin menjelaskan, bahwa ada 2 dusun paling mengalami dampak parah di Desa Supiturang.

"Kalau paling yang terdampak di Desa Supiturang itu ada dua dusun, yakni Dusun Sumbersari dan Dusun Curah Kobokan," sebutnya.

Ia menyebutkan jumlah kartu keluarga yang bertempat tinggal di dusun tersebut.

Untuk dusun curah kobokan itu ada 356 KK (kartu keluarga). Kalau untuk Sumbersari keseluruhan ada 557 KK.

7. Dilarang selfie di lokasi terdampak

Pemerintah Desa Supiturang memberikan pelarang keras kepada semua pihak untuk tidak memanfaatkan bencana ini sebagai ajang konten di sosial media.

Karena itu pihaknya memasang banner bertuliskan larangan berfoto atau selfie di lokasi terdampak.

"Ya di desa saya kan masih dalam kondisi berduka, mas. Ya tolonglah hargai perasaan masyarakat saya. Jangan cuma selfi-selfi gitu," tandasnya.

8. Langkah pemerintah Desa Supiturang pasca erupsi

Sementara ini perangkat desa tengah berupaya melakukan langkah-langkah pemulihan pasca erupsi.

Menurutnya, banyak warga yang menjadi korban telah kehilangan rumahnya. Sehingga diperlukan relokasi untuk mereka.

"Dari perangkat desa langkah-langkah pemulihan ini masyarakat kan belum mempunyai tempat tinggal dan sekarang dari pemerintah desa berusaha dan berupaya semaksimal mungkin mengajukan ke pemerintah pusat tempat yang mau dibuat relokasi dari warga yang terdampak," tandasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lukman Hadi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya