SUARA INDONESIA

Pemilihan Gus dan Ning Jember, Berubah Jadi Ajang 'Umbar Maksiat'

Imam Hairon - 19 July 2022 | 08:07 - Dibaca 8.56k kali
Peristiwa Pemilihan Gus dan Ning Jember, Berubah Jadi Ajang 'Umbar Maksiat'
Pertunjukan dalam acara pemilihan Gus dan Ning Jember (Foto: Istimewa)

JEMBER - Ajang kontestasi grand final Gus dan Ning 2022 Kabupaten Jember, Jawa Timur, menuai protes kalangan tokoh pondok pesantren.

Seperti yang disampaikan Kyai Abdur Rohman Luthfi, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Desa Suren, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Dirinya sangat menyayangkan, salah satu peserta pertunjukan memakai pakaian tembus pandang, sehingga bentuk tubuhnya seperti kelihatan.

Tokoh muda ini mengaku terkejut, festival yang seharusnya lebih mengedepankan kesopanan dan kearifan lokal, justru berubah seperti tidak tahu norma agama dan terkesan mempertontonkan maksiat.

"Apapun alasannya, ini tidak bisa diterimakan. Ini merupakan kemerosotan moral. Dari yang semula bertujuan baik, berubah jadi 'ajang maksiat'," tegasnya, Selasa (19/07/2022). 

Seharusnya, kata dia, busana yang menutupi badan seorang perempuan harusnya dimuliakan karena itu perintah agama, justru menjadi sebaliknya.

"Bukan justru terkesan dipertontonkan.Ketika dilihat dan dipandang menebar syahwat, siapa yang salah hal ini," ujarnya dengan nada kecewa.

Santri jebolan salah satu pondok pesantren ternama di Madura ini meminta agar pemerintah memberikan edukasi yang mendidik.

"Bukan justru mengajari sesuatu yang kurang mendidik. Jember ini basis pesantren. Jangan disamakan dengan daerah lain. Kami sibuk mendidik ahlak, kok ini malah terkesan dirusak," tegasnya.

Tokoh yang sekaligus keluarga dari tokoh NU Pondok Pesantren di Sumberwringin- Sukowono ini meminta, agar panitia pemilihan Gus dan Ning Jember bisa memberikan klarifikasi.

"Di era kepemimpinan sebelumnya, saya pernah protes agar tidak ada umbar aurat, ini malah terjadi lagi, kemana pemimpin Jember yang lebih mengerti," tegasnya.

Dirinya meminta, agar kejadian tersebut tidak terulang kembali karena Jember banyak pesantren.

"Ini justru, menciderai nilai seni itu sendiri. Apalagi, acaranya di dekat Masjid Jamik, ini benar-benar tidak bisa diterimakan," sesalnya.

Sampai berita ini ditulis pihak panitia belum berhasil dikonfirmasi.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Imam Hairon
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya