SUARA INDONESIA

Kisah Jasa Peyewaan Kuda Ditengah Pengendalian Pademi Covid-19

Satria Galih Saputra - 27 October 2020 | 12:10 - Dibaca 2.59k kali
Wisata Kisah Jasa Peyewaan Kuda Ditengah Pengendalian Pademi Covid-19
Jasa Penyewa Kuda di seputaran Taman Lansia Gedung sate

BANDUNG, Meski libur panjang ditengah pandemi virus Corona dan jargon 'dirumah aja' menjadi pedoman untuk menyelamatkan hidup diri sendiri dan orang lain. kalimat itu sudah tidak memiliki pengaruh yang kuat lagi. Terlalu lama mendekam di rumah membuat Masyarakat haus liburan hingga membuat tempat pariwisata ramai dikunjungi di tengah pandemi Covid-19.

Tidak semua tempat wisata dan hiburan kebanjiran pengunjung. Hal itu dirasakan betul oleh penarik kuda di Seputar Gedung Sate yang sepi penumpang. Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), sektor wisata mulai kembali dibuka demi pemulihan ekonomi. Hari libur saja kata Dirman (40) bisa menyewakan kudanya Saat ditemui dirumahnya, dirman tidak memakai masker padahal lagi pademi corona                                                                                                                       

“Biasanya mulai pagi pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.10 WIB ia baru disaat pademi berhasil menarik 1 penumpang biasanyah dari jam itu bisa narik penumpang 10 kalau diMusim liburan kali ini begitu sepi.ungkapnya, sepi penumpang,” jelasnya ketika ditemui Suaraindonesia.co.id di rumahnya,Bandung, selasa (27/10/2020).

Tak bisa mengeluh, Dirman hanya bisa pasrah. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus terjadi, tidak banyak hal yang bisa dilakukan. Ia harus terus bertahan untuk menghidupi anak dan istrinya. Sudah hampir 5 tahun, ayah tiga anak itu bekerja menjual jasa penarikan kuda di seputaran Kawasan Seputar Gedung Sate. 

Usaha ini juga tidak setiap hari dilakoninya, ia hanya bisa menarik ketika hari libur. Pada hari biasa, ia hanya bisa berdiam diri di rumah.“Kalau libur aja ke sini, kalau tidak libur, diam di rumah, karena kalau hari biasa tidak ada penumpang,” ungkapnya.

Warga asli Kota bandung ini mengeluhkan sulitnya penghasilan di masa pandemi. Ia hanya menggantungkan hidup pada usaha penarikan kuda ini.“Penghasilan susah, cuman berharap dari sini, tidak ada yang lain,” katanya.

Di awal pandemi, Dirman sempat harus berdiam diri di rumah, selama empat bulan sejak April 2020 hingga Juli 2020. Ia bertahan hanya dengan mengutang kepada tetangga.

Ia sempat mendapat bantuan sembako, sekali dari pemerintah. Namun, hal itu tentu saja tidak cukup.Selama corona tidak bisa kemana-kemana, bawa kuda tidak bisa, tidak ada. Tida bisa pekerjaan yang lain,” ungkapnya.

“Anak dua masih sekolah, satunya baru beres SMA, cari uang susah tidak ada, untuk makan anak-anak,” lanjutnya menambahkan.  Untuk sekali narik, setiap penumpang harganya berkisar Rp20 ribu hingga Rp 30 ribu bagi dewasa. Terkadang, sama sekali sepi. “Kadang-kadang tidak ada sama sekali, kadang tidak dapat uang, tidak bisa bawa pulang,” ungkapnya. Ia pernah dibantu sang istri bekerja jualan gorengan untuk menambah penghasilan, namun terhenti. Dagangan tidak laku. 


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Satria Galih Saputra
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya