KREJENGAN - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tak hanya membuat peternak resah.
Dampak dari virus ini juga dirasakan pengusaha kuliner berbahan dasar daging.
Seperti yang dialami Saleh (37) warga Desa/Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo yang menggeluti usaha rumah makan bakso dan mie ayam.
Ia mengalami penurunan omset secara drastis bahkan merugi pasca merebaknya wabah PMK.
Dalam sebulan terakhir jumlah pelanggan yang datang ke warung bakso miliknya berkurang signifikan hingga penghasilan yang ia peroleh juga kian menipis.
Sebelumnya, ia bisa mendapatkan penghasilan dari berjualan bakso Rp. 800 ribu sampai Rp. 1,5 juta dalam sehari, namun sekarang untuk mengumpulkan Rp. 500 ribu saja sulit.
Untuk sementara waktu jam buka warung baksonya dikurangi, sebelumnya ia buka dari pukul 09.00- 20.30 WIB. Kini ia terpaksa tutup hingga pukul 16.00 WIB karena sepi pembeli.
"Pernah dalam sehari saya hanya menjual 10 porsi saja. Terpaksa warung saya tutup lebih awal karena sepi," keluhnya kepada suaraindonesia.co.id, Minggu (19/06/2022).
Virus PMK kali ini adalah sandungan kedua bagi Saleh selama menggeluti usaha warung bakso.
Sebelumnya ia juga mengalami pukulan berat saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu melumpuhkan sektor ekonomi.
"Saya kira setelah (virus) Corona saya bisa bangkit dan memajukan usaha saya, eh sekarang ada penyakit sapi," ungkapnya.
Ia berharap wabah PMK segera teratasi karena hampir seluruh pengusaha olahan daging merasakan apa yang dialaminya.
"Kita kan ada grup WhatsApp, banyak temen-temen mengeluhkan hal yang sama. Saya harap wabah ini tidak berlarut-larut seperti Corona. Bisa beneran berhenti saya jualan," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Iwan Setiawan |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi