JOMBANG - Naiknya harga kedelai sangat dirasakan oleh pengrajin tempe di Dusun Jatiroto, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Sebab berdampak pada omzet penjualan. Bahkan turun drastis hingga 50 persen, Minggu (6/11/2022).
Tampak aktivitas sehari-hari pembuatan tempe di rumah Widiawati, yang sedang membungkus bahan baku tempe kedalam plastik yang sudah disiapkan untuk membuat tempe bersama karyawannya di rumah.
Wanita berusia 30 tahun ini mengungkapkan, naiknya harga kedelai sangat berdampak pada usahanya yang sudah di rintisnya selama lima tahunan bersama suaminya di Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.
"Biasanya harga bahan baku tempe kedelai kisaran Rp 12.300. Sekarang naik menjadi Rp 13.700," terangnya kepada media ini.
Kendati bahan baku naik, Widiawati tidak mau mengurangi sedikit pun ukuran tempe jualannya. Harganya juga masih di kisaran Rp 1 ribu hingga Rp 5 ribu saja.
"Kalau untuk di jual lagi, tentunya ada harga khusus, tidak sama dengan yang beli satuan. Dan untuk pemasaran tempenya di sekitar Jombang saja," imbuhnya.
Disamping mahalnya harga bahan baku, Widiawati juga terkendala dengan kayu bakar lantaran cuaca ekstrem.
"Untuk omzet perbulan dari usaha pengrajin tempe, biasanya perbulannya bisa mencapai Rp 4 juta. Kini hanya Rp 2 juta omzet penjualannya. Karena mahalnya bahan baku (Kedelai - red)," keluhnya.
Widiawati berharap kepada pemerintah pusat, untuk segera menurunkan harga kedelai impor. Sebab berdampak sekali untuk usaha tempe yang notabene berbahan baku dari kedelai.
"Setidaknya harga stabil dan terjangkau. Sehingga pengrajin tempe bisa untung dan tidak terus merugi," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Moh.Husnul Yaqin |
Komentar & Reaksi