BANYUWANGI - Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Banyuwangi, Jawa Timur, secara kompak mulai beralih ke pembayaran digital seiring mendapat sokongan dari Pemerintah Daerah (Pemda) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) setempat.
Terlihat para pedagang takjil 'Banyuwangi Street Food Ramadan Setro Penganten' di sepanjang Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Banyuwangi, seluruhnya telah menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS).
QRIS menjadi pilihan metode pembayaran yang praktis bagi pelaku UMKM ini. Pengunjung yang datang tidak membawa uang cash, mereka masih bisa berbelanja dengan transaksi secara nontunai baik lewat e-wallet maupun bank.
"Total hampi 300 pedagang takjil Setro ini telah difasilitasi pembayaran nontunai. Kita bekerjasama dengan BRI Cabang Banyuwangi," ucap Koordinator Pedagang, Robin Febrianto (31).
Menurut Robin, setiap pedagang mendapatkan buku tabungan dan ATM dari Bank BRI tanpa dipungut biaya. Fasilitas tersebut berguna untuk menyimpan omzet hasil berjualan agar tidak tercampur dengan rekening pribadi.
Selain itu, Bank BRI juga memberikan celemek serupa kepada ratusan pedagang yang meramaikan Banyuwangi Ramadan Street Food. Tujuannya, agar pedagang tetap menjaga kebersihan.
Uniknya lagi, Bank BRI Cabang Banyuwangi memberlakukan kebijakan dimana seluruh pegawainya harus berbelanja di Banyuwangi Street Food Ramadan.
Setiap karyawan wajib membelanjakan minimal Rp 100 ribu selama bulan Ramadhan di sana. Adapun dengan syarat transaksi tidak menggunakan tunai melainkan secara nontunai lewat QRIS.
"Jadi Pimpinan Cabang BRI Banyuwangi memberikan kewajiban kepada 600 lebih karyawannya untuk berbelanja di pasar takjil Setro ini. Minimal ada nominal Rp 60 juta uang yang masuk dari BRI ke PKL," ungkap Robin, Rabu (29/3/2023).
Transformasi secara digital ini dilakukan tidak lain untuk mendorong pelaku usaha kecil di Banyuwangi menjadi 'Naik Kelas', ekonomi semakin pulih, masyarakat lebih sejahtera.
Terbukti, keberadaan Banyuwangi Street Food Ramadan serta dukungan dari berbagai stakeholder membuat ratusan pedagang meraup berkah.
Dagangan mereka diserbu oleh ratusan warga yang datang di lokasi pasar takjil Setro. Mereka memilih menu takjil sesuai dengan kegemaran masing-masing.
Dampaknya, para pedagang yang menjajakan aneka menu takjil, mulai dari makanan, minuman, hingga camilan, itu bisa meraup omzet minimal Rp 400 ribu hingga Rp 1,5 juta per hari.
"Jadi kalau dikalikan 300 lapak yang ada di sini, ya bisa ratusan juta perputaran ekonomi per harinya. Ini tentu sangat menguntungkan pedagang. Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung," pungkasnya.
Banyuwangi Street Food Ramadan dibuka sepanjang bulan puasa. Acara dalam rangkaian Banyuwangi Festival itu digelar di puluhan tempat se-Kabupaten Banyuwangi.
Setiap kecamatan menghadirkan beberapa pasar takjil yang menjadi lokasi street food. Festival ini merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak ekonomi arus bawah selama Ramadan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi