SUARA INDONESIA

Mahasiswa di Banyuwangi Ikut Raup Keuntungan di Pasar Takjil Ramadan

Muhammad Nurul Yaqin - 08 April 2023 | 15:04 - Dibaca 1.64k kali
Ekbis Mahasiswa di Banyuwangi Ikut Raup Keuntungan di Pasar Takjil Ramadan
Sejumlah mahasiswa Poliwangi terlihat bersemangat menawarkan produk takjilnya ke pembeli, Sabtu (8/4/2023) sore. (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI - Pasar takjil yang dikemas dalam "Ramadan Street Food Festival" di Banyuwangi, Jawa Timur, telah memasuki hari ke-17. 

Antusias masyarakat untuk berbelanja menu berbuka puasa pun tidak memudar. Terbukti dengan membludaknya para pengunjung.

Hal tersebut tentu saja menjadi nilai positif bagi para penjual di pasar takjil Ramadan. Setiap harinya dagangan yang mereka jual habis diserbu oleh pembeli.

Dinda Novita Permatasari dan 9 orang temannya yang masih tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis Pariwisata (MBP) Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), ikut merasakan keuntungan dari berjualan disana.

Mereka mengungkapkan, banyak keuntungan yang didapatkan sejak awal berjualan di pasar takjil Ramadan yang berada di Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Banyuwangi itu.

Dalam sehari saja, mereka dapat mengumpulkan laba sekitar Rp 100 ribu - Rp 250 ribu. Tentu saja, dengan keuntungan itu dapat membantu perekonomian mereka sebagai mahasiswa.

"Alhamdulilah produk yang kami jual setiap harinya, yakni 16 sandwich buah dan 41 mochi selalu habis," kata Dinda, perwakilan kelompok mahasiswa, Sabtu (8/4/2023) sore.

Dinda menyebut, adapun produk yang mereka jual berupa olahan kue, diantaranya sandwich buah, mochi dan potato. Harga takjil yang mereka tawarkan di Rp 10 ribu per biji.

Selain mendapat keuntungan berupa uang, mereka mengaku juga mendapatkan pembelajaran yang berharga dari belajar berwirausaha.

Salah satunya adalah kepercayaan masyarakat terhadap cita rasa serta kebersihan baik makanan maupun lokasi berjualan.

"Kerjasama tim juga dibutuhkan di sini. Setelah kami pikir-pikir juga, ternyata mencari duit itu susah. Uang Rp 1.000 saja sangat berharga," ungkapnya.

Dinda menambahkan, kegiatan berjualan takjil yang dilakukan sekelompok mahasiswa itu ternyata bagian dari mata kuliah kewirausahaan.

Ia sedikit bercerita jika tidak mudah mengawali usaha. Tantangan terberat adalah menentukan ide bisnis. Belum lagi beberapa kali mengalami kegagalan di awal usaha.

"Kami tidak langsung berjualan di sini. Awalnya gagal, dan setelah beberapa kali percobaan pembuatan produk akhirnya berhasil," ujarnya.

Dinda menambahkan, sejumlah produk yang dijual itu berangkat dari ide yang didapat di media sosial. Cara pembuatan hingga resep, mereka belajar dari tiktok.

"Intinya, banyak tantangan yang kami hadapi. Namun semuanya berhasil dilalui berkat kerjasama tim," tegasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV