SUARA INDONESIA

Pengguna QRIS BRI Jamah Usaha Rumahan di Jembrana

Muhammad Nurul Yaqin - 21 June 2023 | 13:06 - Dibaca 1.01k kali
Ekbis Pengguna QRIS BRI Jamah Usaha Rumahan di Jembrana
Ni Made Laba (61), perajin Tenun Cagcag di Jembrana, Bali, terbantu dengan QRIS BRI. (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - Transformasi digital Bank BRI telah menyentuh hingga ke ranah usaha rumahan. Pelaku UMKM mulai akrab dengan transaksi non tunai menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

Salah satunya dipraktikkan oleh Ni Made Laba (61), UMKM Tenun Cagcag (songket) tradisional khas Bali. Pelaku usaha ini beralamat di Br Ngoneng, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali.

Meski baru menggunakan QRIS BRI di awal tahun 2023, Made mengaku lebih memudahkan dalam bertransaksi. Pembeli yang tidak membawa uang tunai, tetap bisa melakukan transaksi dengan metode QRIS baik lewat aplikasi BRImo maupun e-wallet.

"Tinggal scan saja, nominal pembayaran disesuaikan, transaksi selesai, kemudian uang sudah masuk ke rekening kita," ucapnya, Rabu (21/6/2023).

Baginya penerapan metode QRIS sangatlah mudah dan cepat. Terlebih lagi tidak ada tambahan biaya dan minimal transaksi dalam penggunaannya.

Meski di usianya yang sudah lanjut, Made mengaku bisa memahami tata cara penggunaan QRIS. Karena menurutnya, QRIS sangat mudah diimplementasikan.

Kendati demikian, tidak sepenuhnya pembayaran dilakukan secara digital. Karena sebagian pelanggannya dari kalangan orang tua yang tidak terlalu melek digitalisasi.

"Tetapi kebanyakan secara transfer melalui BRImo. Kalau pelanggan yang datang langsung ke toko terkadang tunai, kadang pula pakai QRIS," ujar Made.

Made mengatakan, dirinya masih baru menjadi nasabah BRI. Waktu itu di awal 2023, ia kesulitan modal usaha dan memutuskan melakukan pinjaman KUR BRI senilai Rp 20 juta.

Dari situ Made difasilitasi mulai dari pembukaan rekening hingga pemasangan lembaran QRIS di tempat usahanya.

"Melalui QRIS dan transfer kami tidak perlu repot-repot menyiapkan uang kembalian yang kadang sulit dicari. Saya akui ini sangat praktis sekali," tuturnya.

Made sedikit bercerita jika menggeluti usaha Tenun Cagcag tradisional khas Bali sejak 1997. Kurang lebih telah 26 tahun berdiri.

Dirinya juga menjadi orang pertama yang mencetus motif tenun endek Jalak Bali. Selain memproduksi endek, Made juga membuat songket khas Bali.

Di rumah produksi miliknya terdapat beberapa mesin tenun tradisional yang telah ada sejak turun temurun.

"Masih saya jaga dengan baik. Karena ini menjadi salah satu cara menjaga warisan budaya," ungkap dia.

Sebelum pandemi Covid-19, Made memiliki 60 karyawan. Namun sejak pandemi melanda, usahanya terpukul. Omzet yang semakin menurun membuatnya terpaksa mengurangi banyak karyawan.

Pasca pandemi, usahanya perlahan pulih dan kembali menerima order pembuatan. Saat ini ia mempekerjakan sebanyak 25 karyawan. 

"Orderan yang lumayan banyak terkadang harus lembur semalaman," ungkapnya.

Made menyebut, saat pandemi Covid-19 ia memaksimalkan penjualan melalui platform digital dibantu oleh anaknya yang ahli dalam bidang IT.

Menariknya, produk kerajinan tenun khas Bali yang diproduksinya beberapa kali sudah ekspor ke luar negeri.

"Utamanya ke Amerika dalam bentuk baju jadi. Tetapi tidak banyak, saya jualnya melalui beberapa kenalan," kata Made.

Produk yang dihasilkannya juga sering kali memenangkan perlombaan. Bahkan tenun milik Made telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Sejak menjadi nasabah BRI, produk tenun miliknya juga diikutsertakan dalam beberapa pameran maupun bazar UMKM.

Made mengaku telah meraih sukses dari kerajinan tenun tersebut. Dalam sebulan omzet yang didapat pernah menyentuh angka Rp 200 juta.

"Itu sebelum pandemi. Sekarang pendapatan berkisar di angka Rp 10 sampai Rp 30 juta per bulan. Tergantung berapa banyak pesanan," katanya.

Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten mengatakan, melalui kantor unit pihaknya menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, pelaku usaha, pemilik kios dan pedagang.

"Kita aktif memberikan penyuluhan digital dalam rangka pemasaran dan penggunaan QRIS BRI, termasuk melalui Mantri di lapangan. Tujuannya agar mereka dapat memahami kemudahan dalam bertransaksi menggunakan QRIS BRI," kata Recky.

Dia menjelaskan, dengan QRIS BRI dapat menguntungkan pembeli dan pedagang. Karena selain mudah, QRIS juga aman. Saldo akan langsung masuk ke rekening penerima di hari yang sama.

Melalui QRIS BRI transaksi akan lebih praktis karena tidak perlu menyediakan uang kembalian dan dapat dibayarkan dengan m-banking atau e-wallet apapun. 

"Transaksi di QRIS tercatat dan terdapat bukti transaksi setelah pembayaran berhasil. Lebih cepat, praktis dan aman," ungkapnya.

Recky menyebut hingga Mei 2023 total pedagang atau merchant pengguna QRIS BRI di wilayah Bali, NTB, dan NTT mencapai 201.000 lebih.

"Tahun 2023, BRI Regional Office Denpasar menargetkan mengakuisisi 151.400 merchant QRIS di wilayah Bali, NTB dan NTT untuk mendongkrak bisnis mereka," tegasnya.

Dia menambahkan, syarat mendaftar QRIS BRI tidaklah rumit. Cukup menyertakan fotocopy KTP, surat izin usaha, nomor handphone nasabah, beserta nomor rekening Bank BRI sebagai rekening penampung.

"Kemudian diajukan melalui unit kerja BRI terdekat. Pemakaian QRIS BRI tidak sekedar nasabah pinjaman, melainkan juga nasabah umum," terangnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Lutfi Hidayat

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya