JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - Transformasi digital yang dilakukan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti membawa dampak pada peningkatan perekonomian. Mereka bisa lebih mudah menjangkau lebih banyak konsumen hingga ke pelosok negeri.
Hal ini dirasakan Ni Putu Widiantari (28), pemilik usaha rumahan Kacang Serundeng. Brand dagang bisnisnya diberi nama Kebon's. Beralamat di Lingkungan Kebon, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
Usaha ini merupakan bisnis keluarga yang sudah berdiri sejak 1992. Sebagai generasi pertama yang meneruskan usaha orang tuanya itu, Widiantari mengaku banyak mengalami perubahan setelah berjualan di platform digital Shopee dan TikTok Shop.
"Karena yang dulunya hanya dijual di Pasar Umum Negara, kini sudah merambah ke ritel modern dan menjangkau pasar di luar Provinsi Bali," ujarnya, Sabtu (24/06/2023).
Widiantari telah mencoba peruntungan bisnis di e-commerce sejak 2021 lalu, dimana Covid-19 masih mengguncang perekonomian di Bali. Pembatasan sosial secara besar-besaran membuat perubahan di masyarakat yang kebanyakan berbelanja lewat online.
Ia pun tak mau menyia-nyiakan peluang yang ada. Setelah usahanya memiliki izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dan sertifikat halal dengan bantuan Pemkab Jembrana, Widiantari langsung berjualan di platform digital.
"Foto-foto produk kacang serundeng, saya upload di fitur yang ada di Shopee dan TikTok Shop. Ternyata orderan mulai berdatangan dan sampai sekarang pembeli semakin banyak," tuturnya.
Saat ini produk kacang serundeng Widiantari berhasil menembus pasar nasional. Pembeli ada dari Jawa, Jakarta, Kalimantan hingga Sulawesi. Pendapatan dari hasil berjualan juga meningkat, dalam sebulan Widiantari mampu meraup keuntungan bersih Rp 5 juta.
"Dengan e-commerce, saya bisa mengenalkan produk dengan cepat ke berbagai konsumen dan usaha saya dapat lebih mudah mendapatkan pembeli dari berbagai daerah di Indonesia," akunya.
Widiantari menambahkan, keberhasilan menembus pasar nasional tidak terlepas dari program Pemkab Jembrana dan peran Bank BRI.
"Beberapa program pelatihan gratis saya ikuti dari Pemkab, sehingga bisa menambah kemampuan pengembangan bisnis UMKM. Sementara BRI banyak memfasilitasi pasar dan mendorong saya untuk beralih ke digital," ucapnya.
UMKM Kacang Serundeng ini merupakan nasabah KUR BRI Unit Ngurah Rai sejak tahun 2020. Pengambil kredit usaha rakyat tersebut awalnya adalah I Ketut Raka (62), orang tua Widiantari.
Sejak saat itu, BRI melalui mantri di lapangan secara aktif melakukan pendampingan dan mengajaknya untuk menggunakan pembayaran digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) BRI.
"Pembayaran secara digital sangat bermanfaat, terutama saat acara pameran. Kebanyakan pembeli bayar pakai QRIS. Karena lebih praktis dan cepat tanpa harus menggunakan uang tunai," ungkapnya.
Selain berjualan online, Widiantari juga masih memasarkan secara offline. Saat ini jangkauan pasar di Bali telah menyasar beberapa toko ritel modern, pasar rakyat, serta pemasok dari Denpasar dan Singaraja.
Selain itu, beberapa produk kemasan kacang serundeng ini juga dipasarkan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) UMKM dan Sentra Tenun di Kabupaten Jembrana.
"Dalam sehari saya harus memproduksi 50 kilogram kacang serundeng untuk mencukupi kebutuhan pasar," cetusnya.
Sementara produk yang dihasilkan di usaha rumahan ini tersedia beberapa kemasan standing pouch. Mulai kemasan 76 gram dengan harga Rp 12 ribu, 175 gram Rp 17 ribu, 450 gram Rp 37 ribu. Kemasan biasa 200 gram dijual Rp 15 ribu, kemasan 500 gram standar Rp 37 ribu, sementara di wadah toples berat 500 gram dihargai Rp 40 ribu.
"Itu sudah dari berbagai varian rasa. Mulai original, pedas hingga manis. Sementara kacang serundeng yang paling diminati konsumen adalah rasa pedas dan manis," sebutnya.
Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten mengatakan, BRI aktif melakukan jemput bola melalui kantor unit dan mantri untuk mengajak pelaku UMKM beralih ke digital. Salah satunya dengan menggunakan QRIS.
"Selain kemudahan hingga jaminan keamanan, dengan QRIS pelaku UMKM bisa menjangkau pasar yang lebih luas," cetus Recky.
Ia membeberkan, hingga Mei 2023 total pedagang atau merchant QRIS BRI di wilayah Bali, NTB, dan NTT telah mencapai 201.000 lebih pengguna.
"Tahun 2023, BRI Regional Office Denpasar menargetkan mengakuisisi 151.400 merchant QRIS di wilayah Bali, NTB dan NTT untuk mendongkrak bisnis mereka," tegasnya.
Dia menambahkan, syarat mendaftar QRIS BRI tidaklah rumit. Cukup menyertakan fotocopy KTP, surat izin usaha, nomor handphone nasabah, beserta nomor rekening Bank BRI sebagai rekening penampung.
"Kemudian diajukan melalui unit kerja BRI terdekat. Pemakaian QRIS BRI tidak sekedar nasabah pinjaman, melainkan juga nasabah umum," ujar Recky.
Selain itu, BRI juga konsisten menyediakan pasar untuk UMKM binaannya. Seperti melalui Festival Pasar Senyum Rakyat, Bazaar Klaster Mantriku, Panen Hadiah Simpedes, Pesta Rakyat Simpedes dan masih banyak lagi.
"Beberapa UMKM binaan sering kami sertakan juga dalam pameran UMKM di Jakarta Convention Center (JCC), sehingga harapannya dapat memperluas pasar," katanya.
Ia berharap program UMKM go online dapat membuka peluang pasar baru bagi UMKM di Indonesia, baik di ranah regional maupun global.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi