JEMBER - Sungguh menyentuh cerita Hofi Anggraeni (42) warga Jumerto, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Seorang tenaga kesehatan (nakes) perawat Puskesmas Banjarsengon ini, nyambi menjual onde-onde demi menyekolahkan anaknya.
Maklum saja, dirinya harus menjadi tulang punggung memenuhi kebutuhan keluarga dan meneruskan mimpi anaknya.
Maklum saja suami tercintanya, dipercaya menjadi sopir ambulans desa dengan gaji seikhlasnya.
Sejak dirinya memutuskan untuk mengabdi mulai tahun 2005 silam hingga hari ini, sudah terbiasa dengan upah tidak layak.
Bagi Hofi, meskipun gaji tidak seberapa, profesi perawat adalah profesi mulia.
Alasan itulah, yang membuat dirinya tetap bertahan dan terus melakoni profesi itu hingga hari ini.
Namun begitu, dirinya tidak putus asa. Berbekal keterampilan yang dimilikinya.
Ia harus berani, melawan rasa lelah dan letih selama bertugas di puskesmas. Harus tetap semangat, demi sebuah tuntutan dan menghidupi keluarga.
Rasa gengsi baginya sudah berlalu pergi, sejak remaja. Ya, yang menjadi prinsipnya yang penting halal dan tidak mengambil hak orang lain itu saja.
Sepulang merawat pasien dari puskesmas, dia menggunakan tangan terampilnya untuk membuat adonan onde-onde.
Onde-onde buatan ibu muda lulusan Akademi Keperawatan Rustida Banyuwangi ini, rasanya beda.
Kulitnya gurih, kacang hijau yang digunakan sebagai biji rasanya tidak terlalu manis, sehingga penikmat tidak cepat bosan menikmatinya.
Taburan wijen, juga merata. Sehingga bagi para penikmat, sekali mencoba bisa ketagihan untuk kembali memesannya.
Harganya, tidak terlalu mahal dan tidak perlu merogoh dompet terlalu dalam.
Ya, Rp 1000 saja per biji. Pesan, siap antar dan langsung bisa dinikmati bersama keluarga.
"Alhamdulillah lumayan. Biasanya kalau ada acara pernikahan, onde-onde saya banyak pesanan," ujar Hofi menceritakan.
Kalau sepi pesanan, biasanya dirinya menjual lewat online untuk ditawarkan.
"Lumayan, bisa menghidupi keluarga dan untuk biaya anak sekolah dan belanja," akui dia.
Bahkan, diakuinya, Bupati Jember dan sejumlah pejabat sebelumnya melalui perantara, pernah beberapa kali pernah memesan padanya.
"Onde-onde saya pernah masuk ke Pandopo Wahyawibawagraha. Satu kebanggaan," katanya sambil tersenyum.
Namun, sejak berganti bupati, Onde-onde Hofiah tidak ada satupun pejabat yang memesan.
"Ya sudah diayukuri. Mungkin, ini sudah takaran rejeki keluarga saya cukup segini," imbuhnya.
Kendati begitu, dirinya tetap menaruh harapan, hati Bupati Jember dan Ketua DPRD bisa luluh.
"Karena kami saya kirim fateha. Hatinya H.Hendy dan DPRD bisa luluh bisa sedikit berpikir nasib kami yang belum jelas ini. Ya, tetap SK Bupati," harapnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi