SUARA INDONESIA

Masuk Puncak Musim Kemarau, 17 Waduk di Jombang Mengering

Gono Dwi Santoso - 15 August 2023 | 10:08 - Dibaca 1.16k kali
News Masuk Puncak Musim Kemarau, 17 Waduk di Jombang Mengering
Waduk di Dusun Brumbung Desa Mangunan, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang terlihat mengering. (Foto: Gono Dwi Santoso/Suaraindonesia.co.id)

JOMBANG, Suaraindonesia.co.id - Hingga pertengahan musim kemarau sebanyak 17 waduk di Kabupaten Jombang mengering. Persediaan air di belasan waduk yang biasa digunakan warga untuk irigasi pertanian dan keperluan rumah tangga lain itu terus menyusut.

Kepala Dinas PUPR Jombang, Bayu Pancoroadi melalui Kabid SDA Sultoni, menjelaskan sumber air beberapa waduk di utara Sungai Brantas, termasuk waduk Brumbung menyusut drastis.

”ketika musim penghujan Embung (waduk-red) tersebut akan terisi air, saat musim kemarau tampungan airnya dipakai ya otomatis mengering,’’ terangnya, Selasa (15/08/2023).

Dia mengatakan mayoritas waduk di wilayah utara brantas tidak memiliki basesflow atau aliran dasar. Sejak awal pembuatan waduk tersebut memang dimanfaatkan untuk tadah air hujan.

 ”Berbeda dengan embung atau waduk yang sejak awal disetting tidak hanya menampung air hujan. Misalnya waduk Karangkates, Malang, selain punya aliran dasar (baseflow) dari pegunungan, waduk itu juga punya kapasitas besar untuk menampung air hujan,’’ paparnya.
 
Sultoni menambahkan, dari jumlah 17 waduk di Kabupaten Jombang, terbagi menjadi dua. Sebanyak 14 waduk ada di utara Brantas, 2 waduk di Kecamatan Bareng dan 1 waduk di wilayah Kecamatan Ngoro.

Mengeringnya 17 waduk di Jombang itu, disebut-sebut karena kondisi cuaca ekstrem dampak dari el-nino, di mana musim kemarau berlangsung lebih panjang dan musim hujan cenderung lebih pendek.

”Informasi dari BMKG memang seperti itu, sehingga berdampak pada jumlah debit air yang terus berkurang pada waduk yang ada di Jombang,’’ imbuhnya.

Sultoni menambahkan, untuk saat ini debit air yang terus berkurang pada waduk, karena di desain berskala kecil. Para petani setempat telah menyesuaikan kondisi tersebut, untuk bercocok tanam saat datang musim kemarau.

"Terutama petani di utara Brantas, untuk masuk musim tanam ke-2, tidak menanam padi. Kalau kemarau menanam tembakau karena kebutuhan airnya tidak terlalu banyak," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Lutfi Hidayat

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV