SUARA INDONESIA

Hari Kemerdekaan, Ini 11 Pesan Penting Panglima Santri Nasional

Lukman Hadi - 17 August 2023 | 17:08 - Dibaca 680 kali
News Hari Kemerdekaan, Ini 11 Pesan Penting Panglima Santri Nasional
Panglima Santri Nasional juga Ketua PCNU Surabaya, Habib Umarsyah berikan 11 pesan penting di Hari Kemerdekaan RI ke-78 Tahun. (Foto: PCNU Surabaya/Suaraindonesia.co.id)

SURABAYA, Suaraindonesia.co.id - Panglima Santri Nasional, Habib Umarsyah menyambut bahagia peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78 tahun, dengan mengeluarkan 11 peesan-pesan penting.

Habib Umarsyah, yang juga Ketua PCNU Kota Surabaya mengingatkan, tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak lepas dari perjuangan kaum santri dan ulama pesantren, dari masa penjajahan hingga Indonesia Merdeka dan mempertahankan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan Indonesia hingga kini.

"Janganlah kita melupakan jasa-jasa para ulama dan kaum santri. 1. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berkat perjuangan bangsa Indonesia dan peran aktif dari umat Islam, terutama kaum santri. Di bawah ketokohan Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari," ujarnya, Kamis (17/08/2023).

Habib Umarsyah menekankan pentingnya bangsa Indonesia bukan hanya mengingatkan tentang perjuangan bangsa Indonesia, khususnya peran umat Islam.

Ia mengingatkan, tegaknya negara kita tak lepas dari Fatwa Jihad dan Resolusi Jihad NU dalam mengobarkan semangat perjuangan dan menegakkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Adapun 11 pesan penting dari Panglima Santri NU Nasional, Habib Umarsyah sebagai berikut:

1. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berkat perjuangan bangsa Indonesia dan peran aktif dari umat Islam, terutama kaum santri. Di bawah ketokohan Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari.

2. Pendiri Pesantren Tebuireng Jombang dan Rais Akbar Nahdlatul Ulama dan Rais Akbar Umat Islam Indonesia, Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari adalah peletak dasar Kemerdekaan Indonesia. Lewat fatwanya, menekankan adanya Ukhuwah Islamiyah (ikatan persaudaraan di antara umat Islam) sehingga mampu menyatukan Islam sebagai kekuatan utama dalam perjuangan Indonesia merdeka.

3. Dalam suasana terjajah di zaman Hindia Belanda, selain mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari memberikan spirit berdirinya Majlis Islam A'la Indonesia (MIAI), di antara kader-kadernya mampu menyatukan pelbagai elemen umat Islam dari wadah dan organisasi yang berbeda: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Sarekat Islam, dll pada 1937.

4. Pada zaman pendudukan Jepang, wadah federatif organisasi Islam MIAI dibekukan atau dibubarkan pada November 1943. Namun, akhirnya berdirilah Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masjumi), dengan Rais Akbar Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari.

5. Sebagai Rais Akbar Islam Indonesia, Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari tidak berorientasi kekuasaan akan berdirinya negara Republik Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, telah menggariskan nama Ir Soekarno sebagai presidennya. Dalam sehari-hari atas aktivitas organisasi, ditugaskanlah KH Wahid Hasyim di Jakarta.

6. Para santri digembleng lewat pelatihan di Pembela Tanah Air (PETA) dan secara resmi di bawah Masjumi ada pelatihan Barisan Hizbullah di Cibarusah pada masa pendudukan Jepang. Hasil gemblengan di PETA dan Hizbullah inilah, para santri mempersiapkan diri dengan kemampuan bersenjata dan kemiliteran sebagai modal di kemudian hari untuk berjuang secara fisik.

7. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 mendapat gangguan dari kekuatan NICA (Belanda) yang membonceng tentara Sekutu untuk menjajah kembali Indonesia. Lahirlah Fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy'ari dan Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945, sebagai pengobar Api Revolusi dan Penegak Berdirinya NKRI.

8. Resolusi Jihad NU 1945 menjadi "panglima" dalam pertempuran Surabaya berpuncak pada 10 November 1945, didukung penuh kaum santri yang secara organik lewat Barisan Hizbullah, Barisan Sabilillah, dan alumni PETA yang masuk dalam kelaskaran bersama Arek-Arek Surabaya.

9. Memperkuat kembali Resolusi Jihad NU pada 1945, dalam suasana negara yang terus berkecamuk pada Muktamar NU di Purwokerto 1946, NU mengeluarkan Resolusi Jihad NU, sehingga menjadi pengobar masa-masa Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) hingga berakhir lewat keutuhan dan tegaknya negara, serta berjuangan diplomasi pada Desember 1949.

10. Dalam mengisi kemerdekaan, NU mengambil peran dalam menjaga keutuhan tegak berdirinya NKRI. Saat terjadi pemberontakan di sejumlah daerah, NU menjadi kekuatan untuk menyatukan umat Islam untuk melawan gerakan separatis. Meskipun pada masa Orde Baru peran NU dipinggirkan, namun komitmen NU untuk menjaga keseimbangan sebagai kekuatan Islam moderat tak pernah goyah.

11. Menyadari peran penting sebagai penanam saham terbesar bagi berdirinya NKRI dan keutuhan Bangsa Indonesia, NU akan terus mengawal dan menjadi benteng terdepan membela NKRI. NKRI Harga Mati!

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lukman Hadi
Editor : Lutfi Hidayat

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV