SURABAYA, Suaraindonesia.co.id - Sejarah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya memang masih menarik untuk dikupas. Fakta bermunculan ketika dibahas oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz.
Gus Kikin, sebagaimana ia kerap disapa menyampaikan, pertempuran 10 November 1945 tidak seperti yang digambarkan layaknya tawuran antar kelompok.
Gus Kikin menegaskan, melalui fakta sejarah pertempuran melawan pasukan sekutu tersebut duah terkonsep dengan baik.
"16 September sekutu masuk ke Indonesia. Di Jakarta, Bandung dan Semarang tidak ada perlawanan. Namun saat ada kabar akan masuk ke Surabaya pada 25 Oktober. Kiai Hasyim Asy'ari mendahuluinya dengan mengumukan Fatwa Jihad," jelas Gus Kikin dalam orasi kebangsaan Resolusi Jihad Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari Kamis lalu (31/08/2023).
Menurut Gus Kikin, fatwa tersebut kemudian menjadi tonggak Resolusi Jihad yang mampu menggerakan hati para ulama dan santri dari berbagai daerah untuk terlibat perlawanan terhadap pasukan musuh.
"Jadi pertempuran 10 November di Surabaya bukan seperti tawuran. Ada pasukan Hisbullah, Sabilillah dan Mujahidin yang sangat terlatih di dalamnya. Mereka yang menggerakan kekuatan masyarakat. Sebab dalam perjalananya menuju Surabaya banyak masyarakat yang ikut serta, namun lagi lagi ini tidak ada dalam catatan buku sejarah," terangnya.
Oleh sebab itu, Gus Kikin menyampaikan, fakta sejarah kemerdekaan Republik Indonesia perlu dicatat dengan baik.
"Tanpa Resolusi Jihad kita mungkin tidak sepenuhnya merdeka. Makanya sejarah harus diluruskan. Untuk itu ini manjadi tugaa NU merevisi buku buku sejarah yang selama ini tidak memunculkan peran santri dan ulama. Terutama Resolusi Jihad yang menjadi tonggak berdirinya NKRI," ungkapnya.
Ia berpesan agar PCNU Surabaya mampu menjadi tonggak meluruskan sejarah pertempuran 10 November 1945 yang meletus berhari-hari hingga ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.
"PCNU Surbaya harus bisa dan berani mengungkap fakta sejarah yang belum terungkap," harapnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lukman Hadi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi