SUARA INDONESIA

Camilan Bidaran UMKM Mojokerto Meroket Optimalkan Platform Digital

Mohamad Alawi - 03 February 2023 | 12:02 - Dibaca 1.17k kali
Pemerintahan Camilan Bidaran UMKM Mojokerto Meroket Optimalkan Platform Digital
Farida pelaku UMKM asal Mojokerto ini sukses menjalankan usaha camilan Bidaran


MOJOKERTO - Etalase teras rumah Farida di Perumahan Taman Kirana D10, Banjaragung Puri, Mojokerto dipenuh deretan Bidara yang dikemas sedemian rupa. Bidara 'Haka', demikian brand yang diusung, tertempel di kemasan produk camilan ini.

Terdapat berbagai varian rasa: Mulai Bidaran rasa keju, rasa ubi, sapi panggang, balado hingga berbahan daun kelor.

Bidaran merupakan camilan berbahan dasar tepung yang berbentuk panjang, meruncing, berwarna kuning keemasan, dan mempunyai rasa gurih. 

Farida sudah 10 tahun menjalankan bisnis camilan bidaran. Sempat jatuh bangun, usaha Farida mulai meroket. 

Pemasarannya tak hanya di Mojokerto, namun di berbagai belahan nusantara.

Dia bercerita masa-masa sulit memulai usahanya. Mulai modal nekat hingga harus jatuh bangun menghadapi pandemi. Apalagi saat ditinggal sang suami tercinta dan harus menghidupi tiga anak.

“Waktu itu hanya bermodal bonek (bondo nekat) mas, ilmu belum punya, modal pas-pasan. Saya sudah berani menjual. Dan harus tetap bertahan saat ditinggal meninggal suami, ”ungkap Farida.

menantang tetangganya memesan Bidaran dan kue basah produksinya. “Kami karena modal, tidak ada, kami jual depan rumah. Ya, konsumennya tetangga sekitar sini,” ujarnya.

Semua bermula dari ketekunan. Meski sudah memiliki jam terbang tinggi, Farida tak mau berhenti belajar. Dia getol mengasah ketrampilan membuat kue.

Sejak tahun 2017, dia rajin mengikuti berbagai kursus. Belajar membuat kue. Usaha yang juga menelan biaya. Farida patungan dengan pelaku UMKM untuk mendatangkan instruktur. “Belajar ke chef, satu kali datang Rp150 ribu. Dalam sehari, kami belajar empat jenis kue,” kenang Farida kepada media ini. 

Lewat pelatihan, dia tak hanya belajar menghasilkan produk berkualitas dan kompetitif. Namun, juga aspek bisnisnya hingga sistem tata niaga digital untuk pengelolaan pesanan.

Ketika penyelesaian, pukulan pandemi Covid-19 menerjang. Farida sempat kehilangan omzet pendapatan akibat mobilitas yang mudah bagi konsumen.

Selama hampir dua tahun di awal pandemi, ibu tiga orang anak ini berjuang menghadapi naiknya bahan produksi seperti minyak goreng, tepung dan bahan lainnya.

Ia harus menaikkan harga jual produk camilannya sebesar Rp2 ribu hingga Rp4 ribu selama pandemi. Bidaran dengan berat 500 gram ia jual Rp8 ribu, kini ia jual Rp12 ribu.

“Ya, kami terpaksa menaikkan harga. Dan, itu bertahap mas. Mulai dari Rp2 ribu hingga Rp4 ribu dari harga sebelumnya,” ungkap Farida.

Sesuai ilmu yang didapatnya saat pelatihan, dia memasarkan produknya ke ragam platform digital, seperti WhatsApp, Facebook dan Instagram.

Buah manis dari bisnis digital sudah dirasakannya. Pesanan demi pesanan mengalir hingga kini. Saat ini usaha Bidaran yang dirintis Farida sudah meraup keuntungan Rp25 juta – Rp30 juta per bulan. Tidak hanya di Kabupaten Mojokerto, Bidaran Haka dipasarkan hingga ke penjuru nusantara.

“Ya alhamdulillah sudah bisa mondokin dan sekolahin anak, yang penting halal dan barokah,” ungkap ibu tiga anak ini.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mohamad Alawi
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Pemerintahan

View All
EDISI, 14 NOVEMBER 2024
14 November 2024 - 06:11
EDISI, 14 NOVEMBER 2024
EDISI, 13 NOVEMBER 2024
13 November 2024 - 06:11
EDISI, 13 NOVEMBER 2024
EDISI, 22 OKTOBER 2024
22 October 2024 - 06:10
EDISI, 22 OKTOBER 2024
EDISI, 10 OKTOBER 2024
10 October 2024 - 18:10
EDISI, 10 OKTOBER 2024
EDISI, 08 OKTOBER 2024
08 October 2024 - 05:10
EDISI, 08 OKTOBER 2024