JEMBER - Ketua Forum Honorer Tenaga Kesehatan (FHTK) Kabupaten Jember menyebut, honor nakes di Kabupaten Jember masih kalah sama kuli bangunan.
"Ini fakta bukan retorika. Kita coba lihat kuli bangunan di desa, sehari Rp 70 ribu itupun dikasih makan sebulan Rp 2 juta lebih," beber Dwi Rendra dengan nada kecewa, Jumat (09/02/2023).
Sementara Nakes sendiri, kata Rendra, masih saja ditemukan ada yang Rp 300 ribu setiap bulannya.
"Buat bensin dan makan saja tidak cukup. Padahal mereka sudah mengabdi puluhan tahun," tegasnya.
Maka dari itu, pihaknya memastikan akan mengambil langkah mengheningkan cipta, jika tuntutan diabaikan.
"Kami menuntut, SK Bupati, itu harga mati. Kalau tetap tidak ada kejelasan, jangan salahkan kami seribu lebih siap mengheningkan cipta (mogok) massal," ancamnya.
Sampai saat ini, diakui Rendra, FHTK sudah deklrasi dan kompak se Kabupaten Jember.
"Kami tidak akan demo. Tetapi, kami akan mengheningkan cipta," imbuhnya.
Sementara Ketua FH PGRI Jawa Timur Ilham Wahyudi, mengaku heran dengan kondisi honorer nakes.
"Mereka menuntut SK Bupati Jember seperti guru. Kami mendukung, karena memang sudah ada payung hukumnya," ucap Ilham menimpali pertanyaan wartawan.
Bahkan, Ilham mengaku siap ikut aksi turun ke jalan bersama ribuan anggotanya jika diperlukan.
"Nanti kita gabung pendidikan dan kesehatan untuk demo, jika tuntutan tidak juga dipenuhi. Saya siap memimpin," lantang Ilham, saat menghadiri pertemuan FHTK di Balai Desa Lembengan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi