SUARA INDONESIA

RSUD Trengggalek Overload, Akibat Reaksi Berantai Faskes Lockdown ?

Rudi Yuni - 19 July 2021 | 16:07 - Dibaca 1.80k kali
Peristiwa Daerah RSUD Trengggalek Overload, Akibat Reaksi Berantai Faskes Lockdown ?
Kondisi RSUD Overload, Pasien menunggu penanganan IGD di teras RSUD, (rudi/suaraindonesia.co.id)

TRENGGALEK - Keterisian pasien di RSUD dr. Soedomo Trengggalek Jawa Timur membeludak. Banyak pasien belum mendapatkan ruang perawatan, bahkan pasien yang baru datang harus menunggu di luar ruangan IGD yakni di teras RSUD. 

Kondisi tersebut terjadi sejak Sabtu (17/7/2021) kemarin, hal itu diperparah dengan kedatangan pasien di IGD rata-rata perhari hingga 30 lebih pasien. 

Bahkan pasien tersebut tidak hanya yang mengalami kondisi berat, kondisi pasien ringan dan sedang juga datang ke RSUD dikarenakan tidak adanya penerimaan fasilitas kesehatan ditingkat bawah.

"Dengan kondisi ruangan penuh dan sesak, sehingga jika ada pasien baru yang datang ke IGD kami ambilkan bed dari ruang rawat inap," tutur dr. Sunarto selaku Direktur RSUD dr Soedomo Trengggalek, Senin (19/7/2021).

Lanjutnya, jika ada pasien yang baru datang maka tenaga kesehatan RSUD mengambil tempat tidur untuk dijadikan tempat tidur bagi pasien yang datang. Sehingga mereka harus bersedia mendapatkan perawatan di teras, atau lobi masuk depan RSUD sambil menunggu ada ruangan yang kosong.

Dalam penanganan ini pihaknya berprinsip, tidak boleh menolak pasien, sehingga jika ada pasien baru yang datang, petugas langsung menjelaskan kondisinya. Jika pasien ini menerima maka pasien akan langsung dilakukan tindakan.

"Kondisi overload kapasitas IGD ini telah berlangsung pada Sabtu (17/7) lalu, namun kondisi terparah terlihat kemarin," ungkapnya.

Menurut dr Narto, hal itu terjadi lantaran ada sekitar 40 pasien yang masih berada di IGD. Padahal kapasitas ideal ruangan IGD hanya untuk 18 pasien. Namun kondisi ini diperparah mulai sabtu kemarin, dengan rata-rata pasien baru sekitar 30 pasien di IGD.

Penyebab pastinya apa pihaknya, tidak bisa menjelaskan dengan pasti. Namun berdasarkan keterangan nakes dari keluarga atau pasien bersangkutan, kebanyakan pasien tidak dirujuk dari fasilitas kesehatan yang lebih bawah.

"Jadi pasien datang langsung ke RSUD, alasan semula mereka sudah mencari dan datang ke berbagai fasilitas kesehatan pertama, namun faskes bersangkutan dengan alasan tertentu tidak menerima kondisi pasien," ungkapnya.
 
Masih menurut dr. Narto dengan kondisi tersebut tidak ada alasan lain bagi RSUD untuk tidak menerima pasien yang datang, kendati kondisi telah overload. Memang kondisi tersebut tidak perlu terjadi, karena sesuai perintah Bupati, seharusnya RSUD hanya merawat pasien yang mengalami kondisi berat dan kritis.

Seharusnya pasien dengan kondisi ringan hingga sedang, masih bisa dirawat di faskes pertama seperti puskesmas, atau klinik -klinik kesehatan lainnya. Namun tidak tahu mengapa, pasien yang datang juga ada yang masih dalam kondisi ringan dan sedang.

Saat ditanya apakah ini efek dari penutupan sementara beberapa puskesmas di Trenggalek pihaknya mengatakan bahwa efek secara tidak langsung juga terjadi. Jadi mestinya pasien dirawat di faskes terendah jadi tidak bisa.

"Saya tidak mau bersteatmen dan berspekulasi namun yang jelas pasien datang ke RS karena tidak ada fasilitas kesehatan dibawah yang melayani," terangnya.

Dalam tugas kali ini jajaran RSUD sekuat tenaga akan memberi pelayanan pasien yang datang. Jika ruangan yang ada tidak cukup, rencananya untuk sementara waktu pasien yang datang di IGD akan ditempatkan di ruangan tunggu. 

Sedangkan untuk ruang tunggu akan dipindahkan dengan membuat tenda di halaman RSUD. "Karena itu kami telah berkoordinasi dengan berbagai pihak tentang hal ini, seperti TNI/ Polri, BPBD juta Satpol PP," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Rudi Yuni
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya