BANYUWANGI- Dalam upaya mendorong pencegahan stunting, Prodi Statistika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya terus menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat melalui program pengabdian.
Seperti yang dilakukan sejumlah Dosen Statistika Unair Surabaya di Banyuwangi. Mereka memperkenalkan media edukasi gizi berbasis digital kepada kader posyandu di Puskesmas Kertosari, Sabtu (25/9/2021).
Sebanyak 25 kader yang mewakili empat kelurahan di Kecamatan Banyuwangi itu, yakni Kelurahan Kertosari, Karangrejo, Kepatihan, dan Panderejo, mereka diajarkan peningkatan pendidikan gizi dan penentu status gizi pada anak melalui android dan website.
Ketua Kegiatan Pengabdian Masyarakat Statistika Unair Surabaya, Dr Nur Chamidah mengatakan, kegiatan edukasi gizi tersebut sudah kali kedua dilakukan di Banyuwangi. Upaya ini dalam rangka percepatan keluarga sadar gizi dengan memanfaatkan teknologi.
"Ini merupakan kegiatan lanjutan kami dari tahun kemarin yang awalnya digelar di Kelurahan Kertosari, namun tahun ini diperluas menjadi empat kelurahan," ucap Nur kepada Suara Indonesia.
Dia menjelaskan, kegiatan kali ini sedikit berbeda, karena ada penyesuaian yang harus dilakukan. Ia mencontohkan seperti standar status gizi, saat ini berpacu pada SK Kementerian Kesehatan yang terbaru. Selain itu pihaknya juga mengundang sejumlah ibu yang memiliki balita stunting.
"Kita memberi tips kepada mereka yang diberikan langsung oleh Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair secara daring, karena sebelumnya ada yang bertanya jika sudah mengetahui status gizi balitanya kurang harus bagaimana, dan hari ini sudah kita lakukan," terang Dosen Statistika Unair Surabaya ini.
Nur Chamidah membeberkan, aplikasi yang dikenalkan tersebut bernama KMS Balita Jatim sedangkan websitenya bernama kms.statistika-unair.org. Dengan memanfaatkan kedua teknologi informasi ini, ibu-ibu yang memiliki balita akan mengetahui dengan mudah status gizi balitanya.
"Selama ini kan yang dilakukan oleh ibu-ibu yang punya balita, hanya datang ke posyandu dan sekedar tahu ketika ditimbang beratnya sekian, tingginya sekian. Tapi tidak tahu status gizi balitanya itu apa. Dengan teknologi ini mereka bisa melihat terhadap status gizi balitanya, kalau seandainya gizinya masih kurang," tuturnya.
Ia menyebut, dalam aplikasi maupun website itu akan muncul tiga status gizi yang ada didalamnya. Status gizi tersebut bisa diukur berdasarkan berat badan per usia, tinggi badan berdasarkan usia dan indek massa tubuh berdasarkan usia.
"Disitu nanti muncul grafik seperti Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana posisi balitanya dengan usia sekian beratnya sekian, dia termasuk status gizinya apa berdasarkan tinggi badan atau berdasarkan indeks massa tubuh," ungkapnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, cara menggunakan aplikasi tersebut sangat mudah. Cukup download di playstore dengan kata kunci KMS. "Jadi setelah aplikasi tersebut di instal, tinggal memasukkan usia, berat badan dan tinggi badannya saja nanti sudah langsung diproses," katanya.
Ia juga memberikan pilihan kepada peserta dengan dua grafik yang berbeda. Pertama grafik berdasarkan sampel balita Jawa Timur dari hasil penelitian dosen Unair, atau yang kedua berdasarkan standar WHO.
"Hasil penelitian kami ini sudah muncul grafiknya, jadi ibu-ibu tinggal memilih apakah menggunakan standar yang WHO dalam menentukan status gizinya, atau berdasarkan standar balita Jawa Timur dari grafik yang sudah kami rancang," lugasnya.
Nur menambahkan, pengabdian ini tidak hanya sampai disini, perkembangan peserta dalam menggunakan teknologi tersebut akan terus dipantau melalui grup WhatsApp yang sudah disediakan.
"Khusus yang berbasis web itu sangat bermanfaat sekali terutama untuk pencatatan, tadi ibu-ibu sudah kami buat grup WhatsApp di masing-masing kelurahan, nantinya mereka tetap dampingi bersama mahasiswa kami dan dosen statistik Unair," tandasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi