TUBAN - Permasalahan pertanian di Kabupaten Tuban tak hanya soal alih fungsi lahan, irigasi, benih, pupuk, dan mesin alat pertanian. Namun, juga krisis regenerasi petani muda.
Dimana petani muda merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Data yang dihimpun suaraindonesia.co.id dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, pada tahun 2020 luas lahan sawah di Tuban adalah 75.610 hektar dan tercatat ada sekitar 200 ribu petani di Tuban.
Mereka tergabung dalam 1962 kelompok tani dan 311 masuk dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dari jumlah petani tersebut, 70 persen petani di Tuban berusia diatas 40 tahun.
Plt Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, Edy Sunarto mengatakan, pemuda di Tuban saat ini masih ragu untuk terjun secara penuh menjadi petani. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
"Faktornya usia muda itu masih belum stabil dari aspek psikologisnya. Dan karena masih ingin mencoba peruntungan atau pekerjaan dibidang lainnya," kata Edy Sunarto, Sabtu (9/10/2021).
Edy Sunarto menambahkan, pihak dinas sejauh ini belum punya target untuk mencetak petani muda di Tuban.
"Sementara untuk target menghasilkan petani muda belum ada tolak ukurnya," imbuhnya.
Dia mengklaim sudah ada upaya untuk menggaet masyarakat usia muda untuk menjadi petani muda.
"Yang jelas sudah mulai ada kegiatan yang melibatkan petani muda melalui pelatihan, sekolah lapangan agribisnis dan kegiatan lainnya yang bisa menarik minat anak muda untuk menjadi petani milenial," ungkapnya.
Menurutnya, menjadi petani lebih menjanjikan dari segi pendapatan dari pada sektor pekerjaan lain.
"Kalau jadi petani dan sukses saya kira pendapatannya akan lebih besar dibanding dengan sektor lainnya, seperti PNS," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
| Pewarta | : Irqam |
| Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi