SUARA INDONESIA

Aktivitas Vulkanik Gunung Raung Meningkat, BPBD Banyuwangi Sebut Belum Ada Dampak Secara Signifikan

Muhammad Nurul Yaqin - 04 February 2021 | 18:02 - Dibaca 1.30k kali
Peristiwa Aktivitas Vulkanik Gunung Raung Meningkat, BPBD Banyuwangi Sebut Belum Ada Dampak Secara Signifikan
Gunung Raung terlihat mengeluarkan asap kelabu dari puncak kawah. (Suaraindonesia)

BANYUWANGI- Aktivitas vulkanik Gunung Raung yang berapa di perbatasan Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi mengalami peningkatan beberapa hari terakhir. Hingga kini status Gunung Raung masih pada level II atau Waspada.

Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyatakan belum ada dampak secara signifikan perihal adanya aktivitas vulkanik di Gunung Raung.

Meskipun begitu BPBD telah melakukan berbagai upaya antisipasi resiko terburuk yang bisa saja terjadi.

Dikatakan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Eka Muharam, dampak yang dihasilkan dari Raung bukanlah dampak primer yang membahayakan penduduk di Kabupaten Banyuwangi.

"Hal itu karena radius pemukiman penduduk itu jauh atau bukan di kawasan rawan bencana. Sehingga kemungkinan dampak yang ditimbulkan adalah dampak sekunder, contohnya hujan abu vulkanik," kata Eka, Kamis (4/2/2021).

Namun hal itu, lanjut Eka, juga perlu diwaspadai masyarakat, karena abu vulkanik dapat mengganggu sistem pernafasan seperti bahaya ISPA. Dan juga berpotensi melukai mata karena bentuk abunya yang menyerupai kristal.

"Bagi tanaman, mungkin jika jangka panjang abu vulkanik ini bisa menyuburkan, tetapi pada jangka waktu yang pendek saat tanaman tertutupi oleh abu vulkanik juga bisa menimbulkan gagal panen. Termasuk juga pada hewan ternak," ucapnya.

Ia mengungkapkan, sejauh ini BPBD Banyuwangi masih berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat untuk mengantisipasi resiko terburuk bagi tanaman akibat adanya aktivitas vulkanik di Gunung yang berketinggian 3.332 mdpl yang itu.

Masih Eka, Selain hal itu antisipasi yang juga telah dilakukan diantaranya aliran lahar. Meskipun dalam catatan jejak sejarah belum pernah terjadi aliran lahar Gunung Raung.

"Tetapi potensinya ada, BPBD sudah berkoordinasi dengan Dinas PU Pengairan apabila kemungkinan-kemungkinan itu (aliran lahar) terjadi," ujarnya.

Eka menyebutkan yang paling penting penanganan pasca erupsi di hutan yang berdekatan dengan pusat erupsi atau kaldera. Karena ketika hutan-hutan itu tertimbun material dari letusan gunung dapat memicu terjadinya longsor.

"Itu juga bisa mematikan tanaman, sehingga terjadi keterbukaan lahan yang cukup luas. Jika sudah seperti itu dapat menimbulkan bahaya longsor. Seperti halnya banjir bandang di alas malang dulu itu juga akibat adanya keterbukaan lahan hutan akibat erupsi tahun 2015," pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV