SUARA INDONESIA

Sejarah Letusan Gunung Semeru Sejak 1818 hingga 4 Desember 2021

Muhammad Nurul Yaqin - 05 December 2021 | 15:12 - Dibaca 2.14k kali
Peristiwa Sejarah Letusan Gunung Semeru Sejak 1818 hingga 4 Desember 2021
Gunung Semeru kembali erupsi hebat pada Sabtu (4/12/2021). (Tangkapan layar).

LUMAJANG- Gunung Semeru yang tertinggi di Jawa Timur terletak di perbatasan antara Kabupaten Lumajang dan Malang, merupakan salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari website resmi BNPB, sebelum Gunung Semeru meletus kembali pada Sabtu (4/12/2021), gunung api yang memiliki ketinggian 3.676 meter ini diperkirakan sudah meletus sejak 1818. 

Catatan ledakan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi yang lama. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. 

Saat ledakan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan. 

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, 1960. Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya. 

Seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik terus berlanjut dan tercatat pada 1978-1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter. 

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Saloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter ledakannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam. 

Karakter ledakan vulcanian berupa ledakan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lava lidah yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. 

Hingga pada 4 Desember 2021, Gunung Semeru kembali erupsi. Material vulkanik yang terpantau pada pukul 15.20 WIB ini mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Sungai Besuk Kobokan, mengalami banjir lahar dingin. Kepulan asap tebal disertai abu pasir dari material lava awan guguran Gunung Semeru terbawa guyuran air hujan.

Seluruh rumah warga di Dusun Curah Krobokan, Desa Supiturang, Lumajang, hancur akibat dampak erupsi Gunung Semeru. Ratusan warga mengalami luka-luka, dan belasan orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. 

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, saat ini Gunung Semeru berada pada status level II atau 'waspada'.

BNPB mengimbau agar masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.

"Waspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan terus untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan ancaman bahaya," kata Abdul Muhari.

Masyarakat juga diminta atau tidak beraktivitas di area material awan panas ini suhunya masih tinggi. Perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.

"Waspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," pintanya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya