SUMENEP, Suaraindonesia.co.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, memastikan tidak ada kandungan zat kimia yang mudah terbakar di sekitar lokasi kejadian munculnya teror api misterius di Desa Payudan Nangger, Kecamatan Gluk-guluk, Kamis (12/10/2023).
Hal itu diungkapkan langsung oleh Kasi Konstruksi BPBD Sumenep Singgih Andi Purwoto, saat dihubungi oleh Suaraindonesia.co.id.
Menurutnya, berdasarkan hasil assessment sementara yang dilakukan Rabu 11 Oktober 2023 kemarin, pihaknya sama sekali tidak menemukan adanya tanda-tanda zat kimia yang mudah terbakar, baik di luar maupun di dalam rumah.
Atas hal itu, dia mengaku, BPBD masih belum dapat mengetahui secara pasti, penyebab dari munculnya api misterius tersebut.
"Iya, kami tidak menemukan adanya zat-zat yang mudah terbakar di lokasi kejadian," ungkapnya.
Dirinya juga menyampaikan, hal tersebut tidak ada kaitannya dengan fenomena El-Nino atau pemanasan suhu, yang terjadi belakangan ini.
Pasalnya, kata Singgih, jika memang ada kaitannya dengan El Nino, seharusnya tidak hanya rumah H. Hairun yang mengalami kemunculan percikan api, namun juga masyarakat sekitar.
"Saya rasa tidak ya, karena kalau memang ada kaitannya. Kenapa hanya rumah H. Hairun, beliau pindah nah apinya ikut juga," lanjutnya.
Akan tetapi, dia menambahkan, berdasarkan informasi yang didapatkan dari warga dan Camat setempat, fenomena aneh tersebut dinilai ada hubungannya dengan hal-hal berbau mistis atau ghaib.
Untuk itu, beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat menyarankan agar Hairun selalu pemilik rumah, melakukan istigosah hingga pengajian, guna memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Sementara, dari pihak BPBD Sendiri, Singgih meminta agar Hairun dan warga sekitar segera melaporkan kepada pihak desa, kecamatan hingga BPBD, jika kemunculan api kembali terjadi.
"Untuk menghindari hal-hal yang beresiko, kami meminta agar masyarakat segera melapor, kalau kemunculan api kembali terjadi," tandasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi