SUARA INDONESIA, SIDOARJO - Aksi keganasan gangster semakin meresahkan warga Kota Delta, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Gangster gemar memicu perkelahian dan tawuran, sehingga menciptakan ketegangan di tengah masyarakat.
Bahkan, keberanian mereka menampakkan senjata-senjata besar secara terang-terangan di media sosial telah memunculkan kekhawatiran lebih lanjut kepada masyarakat Sidoarjo.
Pemicu utama yakni ketika ketakutan warga semakin memuncak saat dua remaja menjadi korban dari ulah gengster. Satu remaja tewas dan yang lainnya mengalami luka kritis dalam insiden yang terjadi di Jalan Pahlawan, depan Kantor Dinsos Provinsi Jatim, Sidoarjo Kota.
Kedua korban tersebut masih berusia belasan tahun, dan menambah duka sangat mendalam bagi keluarga dan komunitas mereka.
Namun, tindakan tegas kepolisian memberikan sedikit harapan. Tiga anggota gangster berhasil diamankan warga Wonoayu sebelum diserahkan kepada polisi saat hendak terlibat tawuran dengan kelompok lainnya.
Ketiganya, yang masih tergolong remaja dan berasal dari Krian Sidoarjo, sempat diamankan pihak kepolisian, sehingga memberikan sedikit kelegaan bagi warga yang merindukan kedamaian.
Ritz Noor Widiyastutik Antarlina, Kasi Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Sidoarjo, mengungkapkan bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka.
"Kekurangan kasih sayang, kurangnya perhatian, dan terputusnya hubungan yang erat antara orang tua dan anak merupakan faktor yang berkontribusi, ditambah dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) di masyarakat," ujar Ritz Noor, saat dikonfirmasi melalui seluler, Jumat (15/3).
Lebih lanjut, Ritz Noor menjelaskan, kurangnya perhatian dari orang tua bisa terjadi karena ketidakharmonisan dalam lingkungan keluarga, yang menyebabkan anak cenderung mencari kepuasan di luar, termasuk tergabung dalam kelompok seperti gangster.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya memberikan edukasi kepada semua orang tua, salah satunya melalui program parenting yang mereka lakukan.
"Dari DP3AKB sendiri kami lebih memberikan prioritas pada penguatan keluarga melalui program parenting yang kami terapkan secara rutin," tuturnya.
Selain itu, masih kata Ritz Noor, tindakan nakal anak sering kali muncul akibat kurangnya komunikasi di dalam keluarga, sehingga anak cenderung mencari pengalaman negatif sebagai pelarian.
Hal tersebut, menurutnya sudah diterapkan oleh DP3AKB melalui bidang P3A, bidang KB, yang bekerja sama dengan kelompok PKK di tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan, serta melibatkan organisasi perempuan dan lembaga masyarakat lainnya.
Pihaknya berharap dalam penanggulangan problem tersebut, tanggung jawabnya tidak hanya terletak pada pihaknya saja, melainkan juga harus dijalankan secara kolektif oleh semua sektor, termasuk pendidikan.
"Pengawasan dari orang tua dan pendidikan lembaga juga harus turut berperan dalam membentuk perilaku dan akhlak seseorang," pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Amrizal Zulkarnain |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi