SUARA INDONESIA - Suasana mencekam terjadi di Indonesia kala Gus Dur dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia yang syah.
Para pendukung Gus Dur berang ketika keputusan majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dibacakan setelah rapat istimewa dilakukan pada 13 juli 2001.
Gus Dur dituding menggelapkan penggunaan dana yayasan dan kesejahteraan karyawan bulog sebesar 4 juta dolar AS. Hal itu berdasarkan laporan panitia khusus (Pansus) DPR.
Atas tuduhan itu, Gus Dur kemudian dianggap telah melanggar Undang - undang 1945 Pasal 9, tentang sumpah jabatan dan TAP MPR XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Selain dituding menyelewengkan dana, selama menjadi Presiden, Gus Dur dinilai sering membuat kebijakan yang kontroversial. Seperti melepas kedudukan Jusuf Kala dan Laksamana Sukardi atas tuduhan Kasus korupsi.
Padahal tuduhan Gus Dur tidak didasari bukti yang kuat.
Gus Dur juga melakukan penghapusan atas TAP MPR yang membahas tentang Partai Komunisme Indonesia (PKI).
Selain itu, Gus Dur mengeluarkan dekrit Presiden yang berisikan tentang pembubaran parlemen.
Kemudian para pendukung Gus Dur yang memiliki loyalitas tinggi mengepung gedung DPR dan MPR ketika keputusan pelengseran Gus Dur usai dibacakan.
Bahkan, loyalis Gus Dur mendeklarasikan diri sebagai pasukan berani mati.
Gus Dur yang memiliki gaya eksentrik ketika menjadi pemimpin mempunyai basis massa yang kuat. Bahkan MPR sempat ketar ketir, sehingga melakukan percepatan sidang istimewa yang awal mula dijadwal 1 Agustus menjadi 23 Juli 2001.
Gus Dur menggunakan cara santai untuk meredam kemarahan pendukung.
Dia bercanda, menggunakan celana pendek ketika keluar dari gedung parlemen di malam pemakzulannya.
Keputusan itu dibuat lantaran Gus Dur sudah mengetahui akan terjadi kerusuhan besar ketika dirinya dilengserkan oleh MPR.
Sebelumnya Gus Dur sempat mengirim pesan kepada sejumlah pondok pesantren agar para santri dan ulama di berbagai daerah tidak tersulut kemarahan atas pelengseran yang dilakukan oleh MPR.
Dia berpesan, jangan sampai karena pelengseran dia terjadi pertumpahan darah sesama putra bangsa.
Gus Dur menyadari, sebelum pemakzulan dilakukan oleh MPR gejolak kemarahan para santri dan solidaritas umat muslim sangat besar dengan mendeklarasikan diri sebagai pasukan rela mati.
Gus Dur sempat berkeliling ke beberapa pondok pesantren memberikan nasehat agar keputusan para santri itu tidak dilakukan untuk menjaga stabilitas Negara.
Referensi : Tirto.id
(Sodiq/Rul)***
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Mohammad Sodiq |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi