BANYUWANGI- Budidaya maggot (belatung) menjadi salah satu kunci dalam pengelolaan sampah. Bukan hanya dapat mengurangi sampah organik hingga 50 persen, tapi melalui larva ini, sampah organik dapat bernilai ekonomi bagi masyarakat.
Joko Mukhlis, Kepala Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, melakukan kunjungan kerja ke kawasan budidaya maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3R, Kelurahan Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi, Selasa (19/7/2022).
Ia melakukan pengamatan bagaimana cara budidaya belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) itu. Pihaknya ingin menerapkan bubidaya maggot tersebut di desanya.
"Sesuai cita-cita desa kami Olehsari, bersih dari sampah. Dari sini kami mendapatkan angin segar bahwa sampah ini, tidak harus kita buang, karena sampah ternyata bisa menghasilkan berkah untuk masyarakat," kata Joko kepada suaraindonesia.co.id.
Joko mengatakan, di Desa Olehsari telah memiliki tempat pembuangan sampah yang dibiayai oleh Dana Desa (DD) tahun 2021. Tinggal bagaimana pengembangan ke depannya.
"Kami optimis, budidaya maggot ini kita aplikasikan di Olehsari. Dengan harapan bisa menambah perekonomian masharakat tdan menambah pendatapan asli desa (PAD)," ungkapnya.
Sementara Koordinator Bank Sampah Banyuwangi, Agus Supriadi mengatakan, budidaya maggot ini dikembangkan untuk mengurangi volume sampah organik. Dalam sehari maggot itu dapat mengurangi 1 ton sampah organik.
"Utamanya sampah organik dapur (SOD). Kapasitas kami bisa budidaya 100 kilogram maggot dalam sehari, dengan kapasitas pakan per harinya kurang lebih 1 ton sampah organik," jelas Agus saat diwawancara terpisah.
Agus juga menerangkan, maggot hanya membutuhkan sampah organik untuk tumbuh, selama seminggu belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam itu sudah siap panen.
"Dari pembibitan yakni baby maggot sampai nanti penjualan (panen), hanya membutuhkan waktu satu Minggu. Tergantung makanan itu sendiri," kata Agus.
Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.
"Segerombolan maggot ini hanya membutuhkan kurang lebih 30 menit, sampah organik sudah bisa terurai," imbuhnya.
Disampaikan Agus, selain bisa mengurai sampah organik, ternyata maggot juga memiliki nilai rupiah. Jangkauan pasar maggot adalah peternak lele, peternak ayam hingga peternak ikan hias.
"Setiap hari kita bisa menghasilkan 75 - 100 kilo maggot, dengan harga per kilogramnya Rp 6 ribu - Rp 7 ribu. Bahkan kami masih kekurangan stok dari permintaan konsumen," tandasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi