SUARA INDONESIA, TORAJA UTARA - Pasar hewan Bolu yang terletak di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, diklaim sebagai pasar kerbau terbesar di dunia. Pasar seluas empat hektare ini mampu menampung lebih dari 1.000 ekor kerbau pada saat hari pasar sekali dalam sepekan.
Di pasar hewan Bolu, berbagai jenis kerbau dan hewan lainnya seperti babi dari berbagai daerah di Toraja Utara diperjualbelikan. Ada berbagai jenis kerbau yang diperjualbelikan di pasar ini, salah satunya kerbau khas Toraja, seperti Saleko yang memiliki nilai tinggi.
Harga kerbau yang dijual di pasar hewan Bolu, berkisar mulai dari Rp 30 juta hingga Rp 1 miliar. Salah satu jenis kerbau yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi adalah Tedong Bonga, yang nilainya itu tergantung dari bentuk dan corak belang-belang di bagian tubuhnya.
Tedong atau dalam bahasa Indonesianya adalah kerbau, sedangkan Bonga merupakan penamaan terhadap kerbau yang memiliki corak belang-belang. Hewan jenis ini menjadi salah satu kerbau yang tergolong mahal, karena hanya diperuntukan bagi kaum bangsawan Toraja dan pada acara tertentu saja. Yaitu acara kematian atau biasa disebut dengan Rambu Solo.
Salah seorang penjual di pasar hewan Bolu, Piter, menerangkan, untuk jenis kerbau di Toraja banyak dan yang paling bernilai ekonomis tinggi yaitu kerbau belang.
"Kerbau belang itu bermacam-macam tingkatan, ada yang dibilang kerbau Saleko yang dasarnya putih, ada juga kerbau Lotong Boko atau hitam belakang, dasar putih, tapi belakangnya hitam. Dan ada juga kerbau Bonga serta kerbau hitam," terangnya, saat diwawancara, Minggu (6/10/2024).
Piter kembali menjelaskan untuk menentukan jenis kerbau yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi itu dapat dilihat dari bentuk corak belangnya.
"Kalau dijelaskan secara terperinci mungkin masyarakat di luar Toraja tidak mengerti, karena kerbau belang itu mempunyai makna tersendiri seperti dengan ukir-ukiran yang terdapat pada rumah adat Toraja yang tidak diletakkan di sembarangan tempat,” jelasnya.
“Jadi ada nama nama belang yang menurut masyarakat Toraja itu dapat meningkatkan harga, jadi banyak kerbau belang tapi belangnya itu bukan pada posisi yang tepat, posisi belang itulah yang menentukan harga dari kerbau itu," imbuhnya.
Piter menambahkan, untuk kerbau peruntukannya khusus untuk rambu solo (acara kematian) dan kerbau belang itu dikhususkan hanya bagi bangsawan saja.
"Karena kerbau belang itu harganya mahal, selain kerbau belang di Rambu Solo juga ada namanya kerbau Kebiri, yang nilai ekonomisnya menempati posisi kedua dari kerbau belang. Kerbau Kebiri itu jenis kerbau hitam yang memiliki tanduk yang panjang," tutup Piter.
Rambu solo atau acara kematian di Toraja merupakan acara sakral bagi masyarakat Toraja. Pada acara tersebut dapat menyembelih puluhan hingga ratusan kerbau dari berbagai jenis, tergantung dari strata sosialnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Yudi Kurniawan |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi