SUARA INDONESIA

Nestapa Ratusan Siswa di Banyuwangi, 9 Bulan Belajar di Musala Imbas Sengketa Yayasan

Muhammad Nurul Yaqin - 07 April 2023 | 10:04 - Dibaca 1.72k kali
Pendidikan Nestapa Ratusan Siswa di Banyuwangi, 9 Bulan Belajar di Musala Imbas Sengketa Yayasan
Siswa Darul Huda Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi, selama 9 bulan belajar lesehan di teras musala imbas sengkeya yayasan. (Istimewa).

BANYUWANGI - Kondisi ratusan murid sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) di Yayasan Darul Huda Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, memprihatinkan.

Akibat konflik internal yang berkepanjangan antara Kepala Sekolah, guru dan Ketua Yayasan, membuat pelajar MTs dan MA hingga guru di sekolah itu terlantar. Mereka terpaksa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar di musala selama kurang lebih hampir 9 bulan.

Mediasi antara kedua belah pihak yang bersengketa guna menyelesaikan persoalan tersebut terus dilakukan. Terbaru mediasi dilakukan di Pemkab Banyuwangi, Kamis (6/4/2023) kemarin.

Mediasi yang difasilitasi Bagian Hukum Pemkab Banyuwangi itu tetap saja menemukan jalan buntu. Belum ada kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersengketa.

Pertemuan dihadiri kepala sekolah, guru, perwakilan siswa, Ketua Yayasan Darul Huda Alasbuluh dan pengacaranya, Camat Wongsorejo, Kades Alasbuluh, Kemenag Banyuwangi, hingga Kabag Hukum Pemkab dan jajaran.

Kepala Sekolah MA Darul Huda Alasbuluh, Abdurrahman mengatakan, sengketa di internal yayasan telah berlangsung sejak Agustus 2022 lalu.

Sejak konflik berlangsung, gedung sekolah hingga kini disegel oleh pihak penanggung jawab Yayasan. Akibatnya, sekitar 190 lebih siswa MTs dan MA terlantar di luar gedung.

"Selama ini kami terlantar. Kami hanya memanfaatkan emperan teras tetangga dan musala sekolah yang berada di luar gedung untuk proses belajar mengajar siswa," kata Abdurrahman.

Ia menyebut, sejauh ini dampak lain yang dirasakan dari konflik internal tersebut sudah ada 15 siswa masing-masing 5 siswa MTs dan 10 siswa MA telah mengundurkan diri.

Meski demikian, 90 persen siswa di Sekolah Darul Huda Alasbuluh masih bertahan meski dengan kondisi belajar mengajar yang tidak layak. 

"Karena ekonomi orang tua siswa rata-rata menengah ke bawah. Sehingga hasil pertemuan dengan wali murid, mereka tetap mempercayakan anaknya ke kami. Sebab orang tua tidak memiliki biaya jika harus melakukan mutasi ke sekolah lain," ungkapnya.

Karena tidak ingin konflik ini berlarut-larut, pihaknya meminta agar para pemangku kebijakan bisa membantu mengatasi persoalan tersebut.

"Kami tidak ingin nasib buruk menimpa generasi muda kita, generasi penerus bangsa. Jangan sampai mereka putus sekolah," pintanya.

Kuasa Hukum Ketua Yayasan, Ahmad Subhan mengatakan, pihaknya mempersilahkan para anak didik kembali melangsungkan belajar mengajar di ruang sekolah. Hanya saja pihaknya meminta, seluruh pihak yang terkait harus mengikuti ketentuan yang diberikan yayasan.

Beberapa diantaranya, karena menyangkut masa depan anak bangsa, pihaknya meminta agar seluruh administrasi dikelola Yayasan Darul Huda Alasbuluh. Karena sampai saat ini pembiayaan masih dinaungi LP Ma'arif.

"Termasuk nantinya ada rencana pergantian kepala sekolah. Karena supaya kondusif. Harapannya ke depan berjalan baik-baik saja," bebernya.

Kabag Hukum Pemda Banyuwangi, Akhmad Saeho mengatakan, pihaknya selaku pihak mediasi akan meneruskan hasil mediasi tersebut ke pimpinan.

"Harapannya, ketika pimpinan langsung yang turun tangan. Persoalan ini cepat selesai. Sehingga para siswa bisa kembali bersekolah seperti sedia kala," ujarnya.

Karena mediasi belum ada kesepakatan. Kedua belah pihak yang bersengketa akan melanjutkan pertemuan setelah usai lebaran.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV