BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Krisis murid di Sekolah Dasar (SD) terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Akibatnya, Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi akhirnya memutuskan untuk menggabungkan dengan sekolah lain atau merger.
Kepala Dispendik Banyuwangi, Suratno melaporkan, setidaknya sudah ada 12 SD yang dimerger karena kekurangan murid.
"Sekolah SD yang dimerger merata mulai dari wilayah selatan ke utara. Wilayah kota juga ada," ujar Suratno, Rabu (23/08/2023).
Ia menyebut, sistem merger berlaku untuk SD yang siswanya kurang dari 60 anak selama tiga tahun berturut-turut.
Merger dilakukan agar sistem pembelajaran dan pengelolaan sekolah lebih efektif dan efisien.
Sedangkan nasib para guru di sekolah yang digabung, kata dia, tetap dipekerjakan sekalipun itu tenaga honorer.
"Kita berlakukan sistem rotasi dan rasionalisasi. Terlebih Banyuwangi masih kekurangan guru. Jadi tidak ada diksi guru yang dirumahkan," tegasnya.
Menurutnya, ada beberapa penyebab SD negeri di beberapa tempat kekurangan murid. Diantaranya, jumlah anak usia sekolah di wilayah berdirinya SD memang terbatas.
Selain itu, penyebab lain seperti adanya sekolah swasta yang menjadi pesaing SD negeri di lokasi yang berdekatan.
"Sekarang masyarakat pintar, bagaimana memilih sekolah yang bagus. Ini ada hubungannya dengan bagaimana memberi pelayanan yang bagus dari sekolah-sekolah," tuturnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi