SUARA INDONESIA

Bahaya Menikah Usia Muda, Bisa Berdampak Kesehatan Mental hingga Masalah Ekonomi

Lutfi Hidayat - 25 June 2024 | 12:06 - Dibaca 1.73k kali
Pendidikan Bahaya Menikah Usia Muda, Bisa Berdampak Kesehatan Mental hingga Masalah Ekonomi
Ketua Baznas Kabupaten Probolinggo, Muzammil, saat memaparkan materi PUP kepada siswa SLTA di Kecamatan Tongas. (Foto: Lutfi Hidayat/Suaraindonesia.co.id)

SUARA INDONESIA, PROBOLINGGO - Lebih seratus siswa-siswi tingkat SLTA di Kecamatan Tongas dan Lumbang, Kabupaten Probolinggo ikuti sosialisasi Pendewasaan Usia Perkawinan, di Pendapa Kecamatan Tongas, Senin (24/6/2024).

Siswa-siswi dibekali materi tentang dampak negatif menikah di usia muda baik pada aspek mental, ketahanan fisik dan kesehatan reproduksi, risiko ekonomi hingga dampak sosial lainnya.

Kegiatan tersebut atas kerja sama Kementerian Agama, Baznas dan MUI Kabupaten Probolinggo.
Pelibatan 125 siswa-siswi tingkat SLTA itu, karena dinilai rentan terhadap praktik pernikahan di usia muda.

Sosialisasi tersebut menghadirkan narasumber dari Lembaga Perlindungan Anak, Seksi Bimas Islam Kemenag dan Baznas Kabupaten Probolinggo.

Plh. Kasi Bimas Islam Kemenag Kabupaten Probolinggo Muhammad Barzan Ahmadi, mengatakan kegiatan tersebut merupakan kolaborasi Kemenag, Baznas dan MUI atas tingginya angka pernikahan dini dan perceraian di kabupaten probolinggo.

Tingginya pernikahan dini dan perceraian disebut Barzan, erat kaitannya dengan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Probolinggo yang juga semakin rendah, akibat dampak dari banyaknya anak putus sekolah karena memilih menikah di usia muda.

“Kita sosialisasi di Tongas, karena banyaknya pernikahan dini di sini. Nanti ke kecamatan lainnya, bertahap. Harapannya agar pernikahan usia muda ini bisa ditekan, sehingga IPM kita terus naik dan bisa membawa kesejahteraan untuk masyarakat,” terangnya.

Sosialisasi pendewasaan usia perkawinan yang melibatkan siswa sebagai pesertanya, disambut baik oleh pihak sekolah atau madrasah. 

Hal ini karena dapat membantu upaya sekolah dan madrasah dalam membendung para siswa, yang memilih menikah di usia muda daripada melanjutkan sekolah hingga lulus.

“Sangat baik ya materi ini diberikan kepada siswi, karena bisa mengerti tentang bahaya dan dampak menikah dini. Seperti risiko kesehatan reproduksi, masalah ekonomi yang akan dihadapi, hingga tugas dan tanggungjawab seorang istri sekaligus calon ibu bagi anak-anak mereka,” ungkap Almas Tsaqvi Hanina Haq, guru pendamping SMK Al-Haqiqy.

Sosialisasi pendewasaan usia perkawinan tersebut, akan terus digelar di beberapa kecamatan se-Kabupaten Probolinggo, untuk menekan tingginya angka pernikahan dini, perceraian dan rendahnya IPM yang masuk dalam kategori tertinggi ketiga di Jawa Timur. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lutfi Hidayat
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya