SUARA INDONESIA, SURABAYA – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Karantina Indonesia (Barantin). Rektor Unair, Prof Muhammad Nasih, menekankan komitmen ketersediaan alat deteksi penyakit dan mendukung pengembangan SDM melalui kerjasama tersebut.
"Dengan sinergi ini, kedua institusi berharap dapat berkontribusi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, menciptakan sumber daya manusia unggul untuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat," ungkapnya, Kamis (31/10/2024).
Muhammad Nasih mengungkapkan, sebanyak 133 alumni Unair kini berkontribusi di Barantin. Dari jumlah itu, sekitar 87 orang di antaranya berada di Badan Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Jawa Timur.
Adanya penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) ini, bertujuan untuk menyelaraskan sikap dan tindakan antara Barantin dan Unair dalam menjalankan tugas.
Muhammad Nasih juga menegaskan keberadaan Unair dalam menciptakan kualitas SDM unggul. Menurutnya, Unair telah ditunjuk oleh Kementerian untuk menjadi pusat unggulan dalam pengembangan kesehatan, dengan fokus pada ketahanan kesehatan dan ekonomi.
"Ini menunjukkan komitmen universitas dalam berkontribusi kepada masyarakat. Yang pertama adalah di bidang ketahanan kesehatan. Ini juga menurut saya nanti akan berdampak," urainya.
Dia mengingatkan pentingnya tindakan nyata dalam kerja sama yang dijalin, bukan sekadar formalitas belaka. “Maknanya, justru apa-apa kalau nggak ditindaklanjuti," kritiknya.
Muhammad Nasih juga menyampaikan terima kasih kepada Barantin dan mengharapkan kerjasama ini dapat terus berkembang demi kepentingan bangsa dan negara.
“Tentu kami mohon maaf bila ada hal-hal yang kurang berkenan. Dengan upaya kolaborasi kuat, Universitas Airlangga berkomitmen mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan di Indonesia, serta memastikan bahwa semua pihak berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dengan optimal," tuturnya.
Kegiatan ini dilaksanakan di Unair dan dihadiri oleh Kepala Pusat Pengembangan SDM-KHIT, Dian SR Kusumastuti, Rektor Unair Prof Muhammad Nasih, Rabu 30 Oktober 2024 di ruang Amerta, Lantai 4 Kantor Manajemen, Kampus MERR-C Unair.
Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean, menanggapi kritikan Rektor Unair mengenai banyaknya alumni yang bekerja di Barantin, yakni 133 orang. Dan 87 di antaranya berada di Jawa Timur.
“Ngapain juga di sini semuanya? Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke. Alumni Unair seharusnya bisa berdiri sendiri,” kelakarnya.
Selepas dijelaskan, Sahat juga menekankan pentingnya acara penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama ini.
“Kita patut bersyukur karena pada hari ini kita bisa berkumpul di sini untuk menandatangani kesepahaman antara Badan Karantina Indonesia dan Universitas Airlangga,” ujarnya.
Ia mengingat kembali pengalamannya saat di Kemenristek. Kala itu, ia terlibat dalam pembentukan berbagai konsorsium riset. “Konsorsium ini penting untuk menjawab tantangan yang ada di Indonesia,” katanya.
Sahat menegaskan, Barantin harus memiliki level yang setara dengan badan karantina di negara maju. “Kalau levelnya tidak sama, program-program karantina tidak akan berjalan dengan baik,” jelasnya.
Ia juga menceritakan pengalaman saat berkunjung ke China, di mana terdapat kebutuhan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan laboratorium di Indonesia.
Untuk itu, ucapnya, Barantin menggunakan perguruan tinggi melalui kerjasama ini bukan sekadar seremonial, tetapi ada misi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM berkualitas.
Sahat juga menekankan pentingnya relevansi jurusan bagi alumni yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 atau S3. “Pastikan jurusannya relevan dengan karantina, jangan ambil jurusan yang tidak ada hubungannya,” pesannya.
Ia mengungkapkan kebanggaan atas inovasi yang dihasilkan oleh alumni Unair, seperti teknologi biosensor untuk deteksi penyakit. “Kita perlu memanfaatkan hasil riset agar bisa berkontribusi lebih dalam di bidang kesehatan,” pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Yulian (Magang) |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi