BANYUWANGI- Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, Ruliyono, angkat bicara terkait mahalnya harga pupuk subsidi dan merosotnya harga gabah yang membuat para petani mengeluh.
Pasalnya, pada panen raya saat ini biaya yang dikeluarkan petani jauh lebih mahal karena kelangkaan dan harga pupuk subsidi yang kian mahal di pasaran. Ditambah harga gabah cenderung merosot, sehingga membuat petani khawatir.
Sebagai wakil rakyat, kata Ruli, pihaknya merespon cepat keluh kesah petani di Banyuwangi ini. Dalam waktu dekat dewan akan memanggil Dinas Pertanian dan stakeholder untuk mempertanyakan pengawasan pendistribusian pupuk hingga ke petani.
"Untuk kekurangan dan mahalnya harga pupuk, saya koordinasikan dengan Komisi II DPRD Banyuwangi. Saya minta dalam waktu dekat Komisi II, untuk mengundang hadirkan Kepala Dinas Pertanian dan jajarannya, serta stakeholder yang berhubungan dengan pupuk ini," ujar Ruli yang juga Ketua DPD Golkar Banyuwangi ini.
Masih Ruli, termasuk nanti dewan akan menanyakan sejauh mana penyerapan hasil pertanian khususnya gabah di Banyuwangi. Ruli mengakui jika harga gabah sekarang mengalami penurunan, sehingga membuat petani menjerit.
"Untuk itu, kita juga akan mengundang Bulog Banyuwangi, sudah sejauh mana Bulog menyerap hasil petani," kata Ruli saat memberikan keterangan kepada Suara Indonesia, Sabtu (3/4/2021) melalui sambungan teleponnya.
Dia menyebut, terkait harga pupuk yang mahal dikarenakan jatah pupuk di Banyuwangi masih tidak sebanding dengan kebutuhan atau luasan pertanian yang ada. "Karena bagaimanapun juga pupuk subsidi itu kebijakan dari Kementerian Pertanian pusat, kita ini hanya berusaha," ucap Ruli.
Ruli juga menanggapi adanya informasi pupuk subsidi jenis urea yang sampai di petani masih diatas HET (Harga Eceran Tertinggi). Dia mengimbau agar kios-kios tidak melakukan mark up harga pupuk subsidi, dikarenakan sudah ada standar harga yang ditetapkan pemerintah.
"Kalau subsidi sekian ya sekian, sesuai dengan HET, itu kan ada sanksinya nanti, bisa dicabut dan tidak diberi. Harapan kita ini penyalur-penyalur pupuk ke kios itu, harus ada fungsi pengawasan. Termasuk Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Banyuwangi, harus proaktif," pintanya.
Sebelumnya diberitakan, Petani di Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluhkan mahalnya harga pupuk yang terjadi saat ini.
Seperti harga pupuk khususnya di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar. Petani setempat menyebut harga pupuk subsidi urea di tingkat kios kini mencapai Rp 125 ribu per karungnya.
"Kalau eceran per kilonya sekarang Rp 3.000 untuk urea. Sedangkan dulu masih Rp 100 ribu per sak," kata Bonirahayu (50) seorang petani di Desa Blambangan, Jumat (2/4/2021).
Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Tahun 2021. Untuk HET pupuk subsidi urea yakni Rp 2.250 per kilonya, sedangkan per karungnya Rp 112.500.
Namun pupuk subsidi urea yang sampai di petani Desa Blambangan masih di atas HET. Oleh karena itu petani meminta kepada DPRD Banyuwangi selaku wakil rakyat agar membantu dan memperhatikan nasib petani.
Boni sebut dengan harga pupuk yang kian mahal ini sangat memberatkan para petani. Apalagi hasil panen saat ini harga gabah mengalami penurunan. "Adanya pupuk mahal dengan harga gabah merosot, tidak nutut, jerit petani, karena tidak sesuai dengan pendapatan," ungkapnya.
Kata dia, saat ini harga gabah di tingkat petani berkisar di harga Rp 3.900 hingga Rp 4.000 rupiah per kilogramnya. Sedangkan hasil panen sebelumnya harga gabah masih bisa sampai Rp 4.600 per kilogram. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi