BONDOWOSO - Meningkatnya kasus Covid-19 membuat masyarakat melakukan berbagai macam ritual untuk selamat dari corona.
Ritual yang dilakukan baik doa bersama dengan jajanan tradisional serabi dan baca shalawat burdah di mushola, masjid, bahkan ada yang keliling kampung.
Terbaru, masyarakat ramai-ramai membakar segenggam garam di depan rumahnya.
Meski tak ada ahli kesehatan yang menyarankan. Namun mereka meyakini, bahwa pembakaran garam ini sebagai upaya untuk menangkal Corona Virus, dan penyakit lainnya.
Bakar garam ini dilakukan biasanya menggunakan tumpukan sampai dan kayu. Bakar garam dilaksanakan biasanya setelah usai shalat maurib. Mereka menggunakan gamram kasar.
Seperti disampaikan Sri Ningsih, warga Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso.
Sri bersama warga lainnya sudah sekitar tiga malam terakhir membakar segenggam garam, segenggam beras jagung, dan lima biji lombok.
Aksi ini dilakukan oleh nyaris semua warga di lingkungan rumahnya.
"Ini kata salah satu tokoh agama dari Madura. Untuk menangkal berbagai penyakit, karena sekarang sedang wabah. Seperti dulu ini, mengusir tha'un," ujarnya.
Sri mengaku tak tahu bagaimana penjelasannya jika ini dilihat dari sisi kesehatan. Namun, dirinya menyebut ini adat yang sudah diyakini masyarakat sejak jaman dulu.
Senada disampaikan oleh Sumantri, warga Gg Pasar, Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Bondowoso.
Dia menyebutkan, memang benar belum ada penelitian pasti dari ahli kesehatan tentang membakar garam untuk menangkal Virus Corona.
Namun demikian, ini adat telah dipercaya untuk mengusir penyakit yang ada di Kampung. Karena dinilai Covid-19 itu takut terhadap panas.
"Seandainya ada Covid-19 yang lewat di halaman rumah mungkin mati karena takut panas," ujarnya.
"Itu sebenarnya nenek moyang, ini di luar dari ilmu teknologi. Keyakinan orang perorang," terang Sumantri.
Pak Kevin, warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Tegalampel, mengaku hal serupa.
Keluarganya juga membakar garam karena disebut bisa menangkal Virus Corona.
"Ini usaha. Kalau dari penjelasan kesehatan ya tidak tahu. Katanya ini adat dari nenek moyang," tuturnya.
Nufafah warga Desa Pakuwesi, Kecamatan Curahdami, menyebut hampir setiap malam warga membakar garam di perapian.
Di setiap depan rumah warga semuanya membakar garam di perapian.
"Di pinggir jalan juga ada yang membakar garam oleh warga," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi