GRESIK – Kabar baik untuk para petani yang bergerak di sektor pertanian. Pasalnya, PT Petrokimia Gresik memberikan solusi melalui tiga produk barunya yang dinilai dapat mengatasi berbagai masalah pertanian di Indonesia.
Tiga produk tersebut akan bersaing di pasar non-subsidi. Bahkan, produk baru tersebut diklaim mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Sehingga dapat mendongkrak kesejahteraan petani, sekaligus mewujudkan pertanian berkelanjutan.
Ketiga produk baru ini adalah, Pupuk SP-26 PETRO, Petro Niphos, dan Phonska Alam. Peluncurannya bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 Petrokimia Gresik akhir pekan kemarin.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, komitmen perusahaan mewujudkan pertanian berkelanjutan dapat dilihat dari konsistensi menghadirkan produk-produk terobosan transformatif yang ramah lingkungan.
Pada tahun 2005 lalu misalnya, Petrokimia telah mengeluarkan produk Petroganik dan Phonska OCA di tahun 2020. Hingga saat ini, keduanya telah berhasil masuk dalam skema pupuk bersubsidi.
Tahun ini, lanjut Dwi Satriyo, Petrokimia kembali menghadirkan Phonska Alam. Produk pupuk majemuk pertama dengan kandungan bahan-bahan mineral alami sebagai sumber N (dalam bentuk nitrat maksimal 5%), P (minimal 10%), dan K (minimal 10%) yang telah mendapatkan sertifikat organik dan berlogo Organik Indonesia.
Phonska Alam berbentuk granul berwarna abu kehitaman. Pupuk ini untuk komoditas organik pangan, hortikultura dan perkebunan. Dosis yang digunakan antara 500 kg per hektar hingga 1.800 kg per hektar menyesuaikan dengan komoditas tanaman.
“Phonska Alam adalah rangkaian pupuk yang dibutuhkan dalam sistem pertanian organik. Ini wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan,” kata Dwi Satriyo, Senin (12/7/2021).
Dwi Satriyo menyebutkan, tahun ini terdapat penyesuaian formula unsur hara P dalam pupuk NPK Phonska bersubsidi dari NPK 15-15-15 menjadi NPK 15-10-12. Alokasi pupuk SP-36 bersubsidi tahun 2021 juga mengalami penyesuaian dan hanya diperuntukkan bagi tanaman hortikultura, sehingga tidak bisa ditebus untuk tanaman pangan.
“Produk SP-26 PETRO hadir sebagai respon atas penyesuaian unsur hara P tersebut dan juga alternatif atas penyesuaian alokasi pupuk SP-36 bersubsidi.” ujar Dwi Satriyo.
Ditambahkan, pupuk baru ini memiliki kandungan unsur hara makro Fosfor (P) sejumlah 26% dan Sulfur (S) sejumlah 5% yang mudah larut dan tersedia bagi tanaman. Juga tidak bersifat higroskopis, sehingga tidak mudah menggumpal (cacking) dalam suhu ruangan.
Secara fisik, SP-26 berwarna abu kecoklatan dan berbentuk granul dengan ukuran yang seragam sehingga memudahkan petani dalam aplikasinya, yaitu ditabur atau dibenamkan. Dosisnya antara 150 kg hingga 500 kg per hektar tergantung pada komoditas tanaman.
“Pupuk SP-26 PETRO berperan meningkatkan produktivitas dan kualitas panen pada komoditas pangan, hortikultura dan perkebunan,” imbuhnya.
Ketiga adalah Petro Niphos. Pupuk ini diciptakan sebagai respon kebutuhan petani hortikultura yang menggunakan pupuk non-subsidi khususnya NPS. Petro Niphos mengandung unsur hara N (Minimal 20%), P (Minimal 20%), dan S (Minimal 13%) yang lebih tinggi dibanding pupuk majemuk pada umumnya.
Pupuk ini juga berbentuk granul, dan diperuntukkan khusus untuk komoditas hortikultura (sayuran daun) dan pangan. Dosisnya bervariasi antara 250 kg hingga 700 kg per hektar sesuai dengan komoditas atau tanaman.
Sambil menunggu kebijakan pemerintah terkait Pembatasan Wilayah, Petrokimia Gresik juga berencana melakukan demonstration plot (demplot) di sejumlah daerah, agar petani dapat mengetahui langsung khasiat dari penggunaan ketiga pupuk non-subsidi ini.
“Semoga ketiga produk ini menjadi solusi andalan petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga kesejahteraan petani ikut terdongkrak. Ini sejarah baru Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Group dalam menciptakan masa depan Indonesia, khususnya dalam hal mewujudkan ketahanan pangan nasional dan pertanian berkelanjutan,” pungkasnya. (Adv)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syaifuddin Anam |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi