SUARA INDONESIA

Pupuk Bersubsidi Sulit, Petani di Bondowoso Terpaksa Gunakan Pupuk Kandang

Bahrullah - 11 August 2022 | 15:08 - Dibaca 1.65k kali
Peristiwa Daerah Pupuk Bersubsidi Sulit, Petani di Bondowoso Terpaksa Gunakan Pupuk Kandang
Petani Kecamatan Pakem (Foto: BAHRULLAH/Suaraindonesia)


SUARA INDONESIA - Imam Mohraji, petani di Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso putus asa disebabkan langkanya pupuk subsidi pemerintah.

Selain sulit, harganya juga mahal, sehingga beralih pada pupuk kandang.

Menurut Imam, sulit menjadi petani di Bondowoso. Musim tanam kerap berubah menjadi petaka saat benih sudah terlanjur ditabur, namun pupuk bersubsidi belum tersedia.

Pria yang juga Kepala Dusun (Kasun) Pakualas Desa Andungsari ini terpaksa menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanamannya.

"Sejak 2021 saya sudah beralih ke pupuk kandang, karena pupuk itu sulit atau langka didapat dan harganya pun di kios juga mahal," kata petani asal Dusun Paku Alas, Desa Andungsari, Kecamatan Pakem ini pada media, Kamis (11/8/2022).

Kepada pemilik kandang ternak, Imam memberi Rp 50 ribu sebagai pengganti lelah yang menimbun kotoran hewan peliharaannya untuk dijadikan pupuk.

Imam juga mengungkapkan, selama tahun 2021 sampai tahun 2022 tidak pernah menebus pupuk bersubsidi dari pemerintah.

Namun ia merasa heran di kala nama dan nomor KTPnya tercatat dan dicatut dilaporkan menebus pupuk subsidi sebanyak 700 kilogram (Kg) pada tahun 2021.

Mohraji juga tidak mengetahui selama ini siapa yang menggunakan identitasnya untuk menebus pupuk, bahkan saat namanya tercantum di RDKK, ia juga tidak tahu.

Dia mengaku, tidak pernah menyuruh orang lain untuk menebus dan mengambil jatah pupuk subsidi miliknya di kios.

Santo, petani Dusun Paku Alas lainnya juga merasa heran dilaporkan menebus pupuk 900 Kg di tahun 2021, padahal dia tidak merasa menebus pupuk sebanyak itu.

"Saya di tahun 2021 hanya beli pupuk 200 Kg. Itu 3 jenis, Phonska 100 Kg, ZA, 50 Kg, dan urea 50 Kg," ujarnya.

Menurutnya, kios tidak pernah menyampaikan padanya, jika ia punya jatah sebanyak 900 Kg.

"Saya merasa keberatan dengan nama saya dicatut dilaporkan tebus pupuk sebanyak itu," sergahnya.

Dia menghitung, kebutuhan untuk memupuk tanaman di lahan sawahnya antara 700-800 Kg. Namun saat menebus hanya diberi 200 kg, sehingga kebutuhan pupuk tidak terpenuhi secara maksimal. 

"Gara-gara gak terpenuhi kebutuhan pupuk, saya gagal panen," keluh Santo.***



» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Lutfi Hidayat

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya