BANYUWANGI - Baru sepekan, dampak kenaikan harga BBM subsidi mulai dirasakan masyarakat. Salah satunya, para nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.
Betapa tidak, di tengah minimnya tangkapan, imbas kenaikan harga solar mengakibatkan biaya operasional mereka kian membengkak. Buntutnya kini sebagian nelayan memilih enggan melaut.
Kebingungan para nelayan itu ditanggapi Anggota DPRD Banyuwangi, Anom Basori. Menurutnya, pemerintah pusat harus bertanggungjawab dengan membuat kebijakan untuk masyarakat bawah yang paling merasakan dampak kenaikan BBM.
Pasalnya, kata Anom, dengan tidak bisa melautnya para nelayan, akan menambah jumlah keluarga tidak mampu di Banyuwangi.
"Harus ada keseimbangan, bagaimana pemerintah mengontrol harga tangkapan nelayan. Karena di tengah minimnya tangkapan, modal yang dikeluarkan lebih besar. Ini harus mendapat solusi secepatnya," ujar politisi muda PDI Perjuangan ini.
Menurut Anom, kenaikan harga BBM membuat keluarga nelayan kebingungan. Pasalnya, harga jual hasil tangkapan tidak sebanding dengan operasional yang dikeluarkan saat melaut.
"Mereka harus mengeluarkan modal lebih dari biasanya untuk membeli solar agar bisa melaut untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Tapi disisi lain, harga jual tidak menentu. Ini memang menjadi permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah," cetusnya.
Sebagai wakil rakyat, Anom secara tegas tidak akan tinggal diam. Ia bersama wakil rakyat lainnya akan berusaha semaksimal mungkin agar kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM dikembalikan seperti awal.
"Kita akan terus kawal persoalan kenaikan BBM ini. Melalui lakukan langkah-langkah sistematis hingga ke pusat. Sehingga harapannya, harga BBM dikembalikan seperti harga sebelumnya," tegas pria asal Muncar tersebut.
Persoalan yang dialami wong cilik, lanjut Anom, tidak bisa dianggap remeh. Apalagi ini berkaitan dengan nelayan. Bukan rahasia umum bila profesi itu jauh dari kata sejahtera.
Kebanyakan di Banyuwangi adalah nelayan kecil. Mereka bergantung pada hasil tangkapan untuk menyambung kehidupan sehari-hari.
"Maka seharusnya kebijakannya harus menguntungkan nelayan. Dimana biaya operasionalnya ditekan agar pendapatan nelayan optimal dan mendapat untung," ujarnya.
Anom meminta masyarakat turut menyuarakan protes kenaikan BBM, baik itu melalui medsos dan platform media lainnya.
"Ayo sama-sama bersuara agar keluhan kita semakin kencang dan didengar. Kami di dewan juga tidak diam, kita sejalan dengan masyarakat," tandasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi