JEMBER - Fransisko Redi perawat Puskesmas Ajung yang menjadi korban kekerasan oleh oknum keluarga pasien direspon keras oleh DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jember.
Jumat (18/11/2022) PPNI mendampingi langsung Fransisko, mendatangi Polsek terdekat, guna melaporkan kejadian yang menimpa anggotanya.
Seketika itu juga, Fransisko dikawal Polisi melakukan visum di salah satu puskesmas terdekat di wilayah itu.
"Kami PPNI mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh oknum keluarga pasien yang melakukan pemukulan. Tadi sudah dilaporkan oleh pengurus," tegas Mustakim, MM.Kes Ketua DPD PPNI Jember menjelaskan.
Pihaknya memastikan, pihak PPNI selalu siap memberikan pendampingan untuk anggotanya.
"Tadi kami datang langsung ke rumah anggota kami memastikan, bahwa Frans baik-baik saja," ucapnya.
"Terserah keluarga, kalau terus dilanjutkan monggo. Intinya kami PPNI selalu siap untuk anggota," sambung pria yang berdinas di RSD dr.Sobendi itu.
Walupun begitu, hingga sore tadi, mendengar informasi bahwa ada upaya mediasi oleh salah seorang kepala desa.
"Intinya kami tidak mau membebani pihak keluarga dan bukan dalam rangka memaksa. Tetapi, PPNI siap jika ingin dilanjutkan," sambungnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat, agar kejadian itu tidak terulang kembali, karena perawat juga dilindungi undang-undang.
"Kami sudah berusaha yang terbaik untuk mengabdi dan menolong. Meninggal itu kan allahua'lam. Ini yang menolong masih dianiaya," sesalnya.
Atas kejadian itu, diakuinya seluruh anggota PPNI yang berjumlah 4000 orang serentak, menggunakan status pita hitam.
"Tadi semua anggota PPNI 4000 lebih pakai pita hitam, sebagai simbol atas ketidakadilan yang diterima anggota kami. Kami lahir dari rakyat dan ada untuk rakyat," sebutnya.
Sampai saat ini, menurut Mustakim, pihak PPNI sudah menyiapkan tim hukum untuk mencari keadilan yang dialami remaja yang akrab disapa Frans itu.
"Jika itu berlanjut sekali lagi PPNI sudah menyiapkan tim hukum, untuk melakukan pembelaan dan siap di depan jika diperlukan," papar pria lulusan Fakultas Kesehatan Unair itu.
Diberitakan sebelumnya, Fransisko menjadi korban kekerasan yang dilakuan oleh keluarga pasien.
Ia mengaku dihantam di bagian dada dan ditendang di bagian rusuk oleh oknum keluarga pasien.
Namun, Fransisko tidak melawan dan memilih diam saat dirinya dianiaya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi