SUARA INDONESIA, SIDOARJO - Aktivitas warga Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, terganggu. Pasalnya, desa dua desa tersebut direndam banjir.
Bukan hanya warga saja yang terkena dampak banjir tersebut, ada tiga sekolah negeri di wilayah itu juga ikut merasakan dampaknya.
Disebutkan sekolah tersebut diantaranya, SMP Negeri 2 Tanggulangin dan SD Negeri Banjarasri dan Kedungbanteng.
Akibatnya para siswa yang belajar harus dipindahkan ke ruangan yang lebih aman dari banjir.
Banjir di dua desa tersebut memang menjadi langganan, meski jalan maupun rumah warga sudah ditinggikan, namun air tetap menggenanginya.
Banjir di wilayah tersebut hingga masuk ke dalam rumah dengan ketinggian rata-rata satu mata kaki orang dewasa.
Namun, disebutkan bahwa kondisi paling parah saat ini terjadi pada sembilan RT di Desa Kedungbanteng Kecamatan Tanggulangin.
Warga tak bisa berbuat banyak akan musibah tahunan tersebut. Yang dapat dilakukan hanya mengamankan barang ke tempat yang aman.
Ditemui, Agung, seorang warga mengatakan, meski terjadi setiap tahun banjir kali ini menurutnya paling parah. Sebab tak sedikit air yang masuk ke rumah warga.
"Ini banjir paling parah, dulu hanya di halaman rumah, tapi kini sampai masuk ke rumah," tandasnya.
Menurutnya, meski banjir di wilayahnya sudah ditetapkan siaga satu, tetap saja banjir tak kunjung surut.
Apalagi, diketahui olehnya, pompa air tak beroperasi dan tak ada satu pun petugas yang melakukan penyedotan.
Sementara, Kepala Desa Kedungbanteng, Budiono mengatakan bahwa pihak Pemerintah Daerah sudah berusaha maksimal. Yaitu dengan meninggikan jalan kurang lebih 60 centimeter.
"Namun tetap jalan tergenangi banjir," keluhnya. Jumat (16/2/2024).
Upaya lain yang dilakukan yaitu dengan menyedot genangan air. Namun upaya penyedotan air tidak bisa 24 jam, karena kondisi sungai untuk pembuangan juga meluap.
"Penyedotan air sudah dilakukan, tapi tetap saja," pungkasnya.(*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Amrizal Zulkarnain |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi